Rabu, 05 Juni 2013

Indonesia Harus Berterimakasih dan Australia Perlu peka pada budaya Indonesia | KawasanPerbatasan.com

Indonesia Harus Berterimakasih dan Australia Perlu peka pada budaya Indonesia | KawasanPerbatasan.com

Saya terkejut dengan tulisan Kompas dengan judul Australia harus peka pada budaya Indonesia (4 Juni 2013). Bukan apa-apa karena Kompas adalah media yang menurut saya sangat kental dengan intelektualitas ke Indonesiaan. Saya pernah empat kali belajar di Australia atas dana negeri itu sendiri. Tetapi sesungguhnya, kalau kita peka. Australia sudah memberikan kita begitu banyak, sementara dari kita? Menurut saya ini penting untuk meningkatkan hubungan bilateral Indonesia-Australia di masa depan. Ada banyak manfaat yang bisa diraih kedua negara di tengah perubahan geopolitik global.
Karena itu saya sangat heran dengan tulisan Kompas itu. Karena bukan apa-apa, hal itu terungkap dalam diskusi panel yang diselenggarakan Kompas di Jakarta, Selasa (4/6/2013), yang dihadiri Pemimpin Umum Kompas Jakob Oetama. Semua pembicara berasal dari Asia Research Centre Murdoch University, Perth, Australia. Para pembicara merupakan pakar tentang Indonesia yang mengajar di Murdoch University. Mereka adalah Prof Dr David Hill, Dr Ian Wilson, Prof Dr Vedi Hadiz, Prof Dr Richards Robinson, Dr Jeffrey Wilson, dan Dr Sharar Hameiri. Dosen Universitas Indonesia (UI), Inaya Rakhmani, tampil sebagai pembicara tentang pandangan media di Indonesia terhadap Australia.

BRAND NEW UNLOCKED BLACKBERRY Q10 WHITE 16GB

BRAND NEW UNLOCKED BLACKBERRY Q10 WHITE 16GB
From BlackBerry

Price:$714.99

Availability: Usually ships in 1-2 business days
Ships from and sold by HeavyDuty Electronics
11 new or used available from $699.99

Product Description

2G Network GSM 850 / 900 / 1800 / 1900 3G Network HSDPA 4G Network LTE SIM Yes Announced 2013, January Status Available. Released 2013, April Body Dimensions 119.6 x 66.8 x 10.4 mm (4.71 x 2.63 x 0.41 in) Weight 139 g (4.90 oz) Keyboard QWERTY Display Type Super AMOLED capacitive touchscreen, 16M colors Size 720 x 720 pixels, 3.1 inches (~328 ppi pixel density) Multitouch Yes Sound Alert types Vibration, MP3 ringtones Loudspeaker Yes 3.5mm jack Yes Memory Card slot microSD, up to 64 GB Internal 16 GB storage, 2 GB RAM Data GPRS Yes EDGE Yes Speed HSDPA, HSUPA WLAN Wi-Fi 802.11 a/b/g/n, dual band, Wi-Fi hotspot Bluetooth Yes, v4.0 with A2DP NFC Yes USB Yes, microUSB v2.0 Camera Primary 8 MP, 3264 x 2448 pixels, autofocus, LED flash Features Geo-tagging, image stabilization, face detection Video Yes, 1080p@30fps Secondary Yes, 2 MP, 720p Features OS BlackBerry 10 OS Chipset TI OMAP 4470 CPU Dual-core 1.5 GHz Cortex-A9 GPU PowerVR SGX544 Sensors Accelerometer, gyro, proximity, compass Messaging SMS, MMS, Email, Push Email, IM, BBM 6 Browser HTML5 Radio TBD GPS Yes, with A-GPS support Java Yes, MIDP 2.1 Colors Black, White - SNS integration - HDMI port

Rektor Universitas Gadjah Mada Prof Dr Pratikno dan ekonom Institut Pertanian Bogor, Prof Dr Rina Oktaviani, tampil sebagai pembahas topik diskusi dalam dua sesi. Moderator diskusi sesi pertama dosen Universitas Atma Jaya, Dr A Prasetyantoko, sementara pada sesi kedua, dosen UI Prof Dr Rhenald Kasali. Vedi Hadiz mengatakan, banyak masalah yang terjadi dalam hubungan Indonesia-Australia disebabkan sensitivitas kultural yang tidak pada tempatnya (misplaced). Sensitivitas yang tidak pada tempatnya itu terjadi baik di kalangan orang Australia memandang Indonesia maupun sebaliknya.
Namun, di tengah berbagai prasangka dan masalah yang terjadi di antara kedua negara, Australia tetap menjadi salah satu tujuan utama para mahasiswa Indonesia untuk belajar, sebagaimana diutarakan David Hill. Bahkan Hill mengaku terkejut jumlah mahasiswa dari Indonesia hanya turun sedikit dalam dua tahun terakhir, saat nilai tukar mata uang dollar Australia naik drastis.

Bersinergi Dan Saling Memahami

Richards Robinson mengingatkan agar konflik kecil dan persepsi negatif yang muncul tidak dijadikan sebagai gambaran hubungan bilateral RI-Australia. ”Saya sudah berada di Indonesia sejak Peristiwa Malari (1974), hubungan bilateral berkembang baik,” kata Robinson, yang juga ekonom. Robinson mengatakan, memang hubungan bilateral RI-Australia secara ekonomi tidak besar.
Hubungan RI-Australia juga dipandang lebih diwarnai urusan strategis internasional. ”Namun, kita memiliki peluang memperdalam hubungan lewat kerja sama ekonomi, seperti di sektor pertambangan,” ujarnya. Menurut Robinson, dalam peta geopolitik global sekarang ini, sangat penting bagi Australia-Indonesia untuk berkolaborasi. Meski demikian, berbagai akar masalah di antara kedua negara harus diatasi lebih dulu agar satu sama lain bisa saling memahami lebih dalam. Vedi mengatakan, di balik berbagai perbedaan, masih banyak persamaan antara Indonesia dan Australia dalam berbagai bidang. (MON)

Ketidaktahuan Dua Pihak

Menurut Richard Woolcott[1] Ini adalah fakta yang menyedihkan bahwa masyarakat Indonesia-Australia pada umumnya tidak cukup tahu tentang negara lain. Misalnya banyak orang Indonesia kurang menyadari bahwa 25% warga Australia lahir di luar negeri, dan sekitar 40% dari Australia memiliki salah satu atau kedua orang tua lahir di luar negeri. Juga  banyak orang Indonesia tidak menyadari bahwa sumber siswa dan migrant terbesar di Australia sekarang adalah dari dua negara Asia, yakni China dan India.
Australia memiliki sejarah panjang keterlibatan aktif di Asia dan di Indonesia, menarik untuk dikenang adalah bagaimana suasananya takkala Australia mendukung kemerdekaan Indonesia pada tahun 1947 dan bantuan Colombo Plan. Peristiwa itu kian memudar seiring dengan munculnya isu-isu seperti kematian lima wartawan Australia di Balibo pada tahun 1975, invasi Indonesia di Timor Timur, reaksi terhadap penangkapan pengedar narkoba Australia dan sikap Australia sendiri; sayangnya semua itu jadi isu berlebihan karena kaitannya dipicu dengan alasan politik dalam negeri, termasuk sikap Australia terhadap pengungsi dan pencari suaka.
Banyak orang Australia belum menyadari akan perubahan besar di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Indonesia kini telah menjadi negara yang menegakkan Demokrasi di semua kehidupannya. Kedua negara telah menyepakati adanya pertemuan tahunan Kepala Pemerintahan; kesepakatan yang paling terbaru  yang diadakan di Darwin pada bulan Juli 2012. Kedua negara juga telah melembagakan pertemuan para menteri urusan luar negeri dan pertahanan 2 +2 simbol kerjasama yang kian solid.
Pertumbuhan di kedua negara Indonesia dan Australia di Abad Asia memberikan kesempatan emas bagi kedua negara. Pada 1970-an Indonesia digambarkan dalam sebuah buku terkenal “a nation in waiting” karena Indonesia masih sebuah negara yang harus di tunggu, Sekarang telah menjadi pemain regional dan global yang penting.
Secara keseluruhan perekonomian Indonesia berada dalam posisi yang kuat. Pertumbuhan ekonomi yang kuat sebesar 6,4%. Meskipun inflasi telah meningkat sejak Februari itu 4,45% pada bulan Mei masih berada dalam target Bank Indonesia. Meskipun beberapa inisiatif politik dapat mencegah pertumbuhan ekonomi di masa depan, aliran modal dari luar masuk terus. Bagi Indonesia untuk mencapai tujuannya pertumbuhan tinggi tetapi inklusif, pemerintah perlu mengurangi subsidi dan meningkatkan pengeluaran pada pengurangan kemiskinan. Hal ini juga menarik bahwa Indonesia bergerak dan terus memperbaiki pelayanan kesehatannya.

Australia Menyiapkan Pinjaman Siap Pakai

Australia peka terhadap kepentingan nasional Indonesia, hal ini terlihat dari upaya Pemerintah Australia pada tahun 2012 menambah jumlah dana pinjaman siap pakai bagi Indonesia sebesar 1 miliar dollar Australia (Rp 9,63 triliun) sebagai persiapan menghadapi krisis. Jika krisis keuangan zona euro sampai berdampak terhadap Indonesia, dana pinjaman tersebut siap diambil sewaktu-waktu.
Keputusan Pemerintah Australia tersebut disampaikan dalam pertemuan bilateral antara Perdana Menteri Australia Julia Gillard dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Darwin, Australia, Selasa (3/7/2012).Menurut Gillard waktu itu, kontribusi Australia itu menjadi bagian dari paket pinjaman darurat internasional bagi Indonesia sebesar 5,5 miliar dollar AS. Fasilitas pinjaman siap pakai tersebut selama ini sudah diberikan oleh Jepang, Bank Pembangunan Asia (ADB), dan Bank Dunia.
Oleh sebab itulah , Australia menyambut baik langkah-langkah proaktif Indonesia dalam menjaga stabilitas ekonomi mereka dan pelaksanaan berbagai kebijakan ekonomi yang aman,” papar Gillard dalam pernyataan resmi.Ekspor Indonesia telah merosot dalam dua bulan terakhir akibat rendahnya harga berbagai komoditas dan kekhawatiran bahwa krisis zona euro akan memotong permintaan barang-barang dari Asia. Menurut Gillard, fasilitas pinjaman siaga serupa juga pernah disediakan bagi Indonesia saat krisis ekonomi Asia tahun 1997-1998, tetapi waktu itu tidak pernah dimanfaatkan oleh Indonesia.(Reuters/DHF)

[1] [1]Richard Woolcott was the head of the Department of Foreign Affairs and Trade from 1988-1992.  He was Australia’s Ambassador to Indonesia from 1975-1978 and chairman of the Australia-Indonesia Institute from 1992-1997. He is a regular visitor to Indonesia. Tulisan ini diangkat dari harian The Jakarta Post tanggal 23 September 2012, dialih basakan secara lugas oleh harmen batubara.