Rabu, 13 Juni 2018

Peduli Papua, Presiden Jokowi



Peduli Papua, Presiden Jokowi

By Cristian Pundulay

Banyak orang yg SOMAD (sok tau amad) ttg Papua, nulis begana begini begono ttg papua. Eh saya hidup di papua sejak 95 tak mau belagu nulis ttg papua, apalagi sok tauu.
Saya hidup di daratan Serui, tau serui tidak?
Daerah ujung tipis yg masyarakatnya hidup di garis bawah sejak bumi ini ada. miskin?? sudah pasti. tapi kami tau cara bersyukur pada Tuhan.
Stop lah menulis ttg kami anak anak papua, jangan lagi kalian mencari nama dgn seolah olah ber empati pada kami tapi tidak melakukan apa apa.
Kalian mungkin beruntung hidup di barat Indonesia. senangnya bukan main, serba ada dan murah.

Kalian lahir pakai dokter, kami tidak.
Kalian bisa menonton tivi sejak lahir bahkan sebelum lahir, kami baru 3 tahun ini.
Kalian bisa berjalan di aspal gagah, kami?? syukur syukur bukan kubangan babi.
Tau tak kalian berapa harga sekarung beras 50 kg?? sejuta cuk sejuta!!
Puji Tuhan kami tidak terlalu biasa makan nasi yg mewah dr kecil. Beras itu mewah bagi kami, makanan orang orang kaya. kami cukup hidup dengan talas atau enau. Syukur syukur kalau jagung lagi murah, sedikit mewah lah kami makan sekeluarga.

Tau tak kenapa rumah kami cuma bak kandang sapi kalian?? Siapa yg mampu beli semen satu sak 2,5 juta. Lihat uang segitu gak pernah broo. cuma tau baca kami disini. boro boro mau beli semen buat rumah, mikul semen satu sak 20 km udah mati duluan kami disini.
Terus apa kami marah dgn kondisi dan ketimpangan itu?? tidak.
Kami so biasa jadi anak tiri bahkan di anggap anak pungutan.
Kami biasa dilupakan meski kekayaan alam kami dikeruk sampai ke akar bumi. lalu uangnya diberi untuk kalian di barat sana. aspal kalian licin, rumah kalian terang, sekolah kalian bagus sudah, rumah sakit kalian mewah.

Kami dapat apa??
Dapat ampas dan kerusakan dr itu semua.
kami tidak marah, kami ikhlas berbagi sama kalian, kekayaan alam kami untuk mempercantik daerah kalian.
Kemudian hari ini daerah kami mulai dibangun, rumah sakit so ada dokter,
sekolah so pake sepatu.
harga beras murah sudah,
beli semen so tak semahal berlian lagi,
jalan kami mulai lebar tapi kalian ribut!
Apa cuma kalian yg ingin rumah sakit lengkap?
Apa cuma kalian yg ingin jalan beraspal?
Apa cuma kalian yg ingin makan nasi?
Apa cuma kalian yg ingin pasang listrik?

Heeiiiii kami jugaaa..

Kami juga manusia, manusia Indonesia, cukuplah kulit kami saja yg gelap, daerah kami jangan!
Cukup rambut kami saja yg bergelombang jalanan kami jangan!!
Cukuplah kekayaan alam kami saja yg kalian keruk, sifat kalian juga jangan macam beruk.
Ikhlas lah sedikit berbagi dgn kami anak anak papua, anak anak pelosok rimba yg juga ingin merasakan bagaimana di anggap layaknya manusia.!!

Di tangan tukang kayu yg rupanya tidaklah gagah, badan nya tidaklah tegap ...

Tapi kami di anggap...
Kami disetarakan.
Kami dihargai selayak manusia Indonesia.
Kami tidak kenal rupa tukang kayu itu,
tapi hasilnya kerja nya, membuat kami kenal bagaimana kearifan, kebijaksanaan, keadilan, kesejahteraan yg merata ada dalam benak kepemimpinannya dan dia mencoba untuk berbuat yg terbaik untuk kami.

Membangun tidaklah mudah, apalagi membangun Papua. daerah dgn struktur alam perbukitan, meliuk dan daerah yg masih beralam brutal karena tidak terjamah pembangunan selama ini.
Semua butuh waktu.. semua butuh proses..

Tapi seorang anak desa pinggiran sungai Bengawan Solo telah berupaya dan terus berjuang untuk kemajuan kami anak anak Papua.
Terima kasih presiden ku
Terima kasih bapak Joko Widodo
Di tangan anda, kami merasakan layak nya di anggap manusia Indonesia.

Salam dari Serui..
Dari anak bangsa yg pernah terpinggirkan.
Cristian Pundulay.

(tulisan diambil dari postingan Mbak Sri Setyo Pertiwi)




Tidak ada komentar: