Oleh : Marty M
Natalegawa
Kemarin,
8 Agustus 2011, negara anggota ASEAN merayakan 44 tahun berdirinya ASEAN. Bagi
Indonesia, perayaan kali ini sangat istimewa sebab Indonesia kini Ketua ASEAN.
Evolusi ASEAN hingga menjadi seperti sekarang ini—organisasi kawasan yang
diakui dunia sebagai salah satu yang paling berhasil—tak terlepas dari politik
luar negeri Indonesia.
Sejak
awal Indonesia merasa bertanggung jawab untuk berkontribusi nyata: demi
kepentingan nasional, pemberdayaan ASEAN akan dapat mengatasi berbagai
tantangan dan memanfaatkan berbagai peluang dari masa ke masa. Seluruh tonggak
perjalanan ASEAN sejak didirikan tak terlepas dari perkembangan nasional
Indonesia. Indonesia senantiasa berupaya agar kondisi di lingkungan kawasan
terdekat, yaitu ASEAN, berjalan selaras dengan perkembangan di Tanah Air.
Pada
1976 di Bali pada masa keketuaan Indonesia, ASEAN telah menyepakati Treaty of
Amity and Cooperation (TAC) dan Bali Concord yang menandai kerja sama politik
dan keamanan di ASEAN. Khususnya penyelesaian konflik secara damai, yang
dibutuhkan sebagai prasyarat bagi pembangunan ekonomi yang sedang diupayakan
negara-negara ASEAN. Bali Concord dan TAC merupakan mekanisme regional untuk
menumbuhkan rasa percaya dan kerja sama di kawasan.
Bali
Concord II pada 2003 kembali menegaskan kepemimpinan Indonesia dengan adanya
kesepakatan pembentukan Komunitas ASEAN pada 2015. Atas inisiatif
Indonesia-lah, Komunitas ASEAN yang akan dicapai tak hanya terdiri dari komunitas
ekonomi, tetapi juga dua pilar lain: politik keamanan dan sosial budaya.
Penekanan
terhadap perlunya pengembangan kapasitas ASEAN di bidang demokratisasi dan hak
asasi manusia, misalnya, selaras dengan demokratisasi yang bergulir di
Indonesia pada saat itu. Bahkan, ASEAN sudah memiliki kerangka institusional
untuk memajukan demokratisasi ketika akhir-akhir ini Afrika Utara dan Timur
Tengah dilanda gejolak keamanan sebagai akibat dari krisis politik.
Kerja
sama lebih tinggi
Pada
tahun 2011 ini Indonesia kembali mengambil inisiatif membawa ASEAN di tingkat
kerja sama yang lebih tinggi: menetapkan visi ASEAN setelah 2015 melalui tema
”Komunitas ASEAN dalam komunitas global bangsa-bangsa”. Berdasarkan visi itu
pada tahun 2022 ASEAN secara kelompok akan berkontribusi lebih besar dalam
mengatasi berbagai masalah global.
Sebagaimana
halnya pada 1976 dan 2003, Indonesia kembali memastikan adanya keselarasan
antara perkembangan di ASEAN dan perkembangan di Indonesia. Selaras dengan
semakin meningkatnya peran Indonesia di tingkat global, ASEAN pun diharapkan
berperan lebih besar menyelesaikan masalah global.
Seluruh
kontribusi Indonesia semata-mata dilakukan agar ASEAN dapat senantiasa
beradaptasi dengan kondisi dan tantangan di kawasan maupun global. Bukan hanya
untuk dapat menyelesaikan tantangan yang saat ini dihadapi, juga menghadapi
tantangan ke depan.
Maka,
selama keketuaannya pada 2011 ini Indonesia memiliki tiga prioritas yang ingin
dicapai. Pertama, memastikan bahwa tahun 2011 ditandai oleh kemajuan yang
signifikan dalam pencapaian Komunitas ASEAN. Kedua, memastikan terpeliharanya
tatanan dan situasi di kawasan yang kondusif bagi upaya pencapaian pembangunan,
antara lain melalui East Asia Summit (EAS) yang dimotori oleh peran sentral
ASEAN, khususnya dengan menjabarkan visi Indonesia mengenai masa depan EAS.
Ketiga, menggulirkan pembahasan mengenai visi ”ASEAN setelah 2015”: peran
masyarakat ASEAN dalam masyarakat dunia.
Selama
tujuh bulan keketuaan Indonesia di ASEAN pada 2011 ini terdapat pengakuan adanya
kemajuan dalam tiga prioritas yang ditetapkan Indonesia.
Di
bawah prioritas pertama terkait isu-isu internal ASEAN telah dicapai
perkembangan nyata. Terkait isu sengketa perbatasan Kamboja-Thailand, inisiatif
dan prakarsa Indonesia mendorong penyelesaian sengketa perbatasan secara damai
telah disepakati oleh kedua negara, bahkan dikuatkan oleh kepala
negara/pemerintahan ASEAN.
Pada
saat yang sama terdapat dukungan Dewan Keamanan PBB dan Mahkamah Internasional
terhadap upaya yang dilakukan Indonesia selaku Ketua ASEAN dalam menyelesaikan
permasalahan itu. Di satu sisi, hal ini membuktikan kepercayaan dunia
internasional terhadap upaya ASEAN; pada saat yang sama merupakan amanah yang
tak kecil untuk secara sungguh-sungguh dapat dilaksanakan.
Penyelesaian
secara damai masalah itu setidaknya membuktikan adanya mekanisme internal ASEAN
dalam upaya menyelesaikan konflik internal yang selama ini selalu menjadi bahan
pertanyaan banyak pihak.
Perkembangan
yang signifikan juga dapat dilihat dari upaya ASEAN menciptakan kawasan bebas
senjata nuklir. Setelah lebih dari 10 tahun tak ada perkembangan, bahkan
cenderung stagnan dalam proses perundingan, di bawah keketuaan Indonesia telah
disepakati adanya posisi bersama ASEAN dalam isu tersebut dan disepakatinya
proses konsultasi langsung dengan negara pemilik senjata nuklir. Ini akan
memudahkan jalan bagi upaya kita semua mendorong negara pemilik nuklir dapat
segera mengakses traktat kawasan bebas senjata nuklir di kawasan Asia Tenggara.
Di
bawah prioritas kedua, perkembangan yang signifikan juga telah dicapai untuk
memastikan bahwa kondisi kawasan yang lebih luas—Asia dan Pasifik—lebih
kondusif bagi upaya pencapaian pembangunan di kawasan.
Kesepakatan
Guidelines of the Declaration on the Conduct of Parties to the South China Sea
setelah proses perundingan sejak 2005 merupakan salah satu langkah maju.
Kesepakatan ini menunjukkan adanya keinginan yang kuat bagi negara yang
memiliki sengketa perbatasan di Laut China Selatan untuk bekerja sama dan
meninggalkan cara kekerasan dalam menyelesaikan masalah di wilayah itu.
Di
bawah prioritas ketiga, Indonesia akan membawa ASEAN pada kerja sama yang lebih
tinggi lagi. Pada KTT ke-19, ASEAN akan mengesahkan sebuah deklarasi yang
signifikan, Bali Concord III, yang memberikan semacam rencana sasaran (roadmap)
bagi adanya sebuah platform bersama ASEAN dalam berbagai isu global pada 2022.
Diharapkan
dengan pengesahan itu, ASEAN dapat berkontribusi lebih besar dalam menciptakan
keamanan dan perdamaian dunia; ASEAN dapat berkontribusi lebih besar dalam
mendorong nilai-nilai demokrasi dan tata kelola pemerintahan yang baik; ASEAN
dapat berada di garis terdepan dalam mendorong kemakmuran bersama.
Ketiga
prioritas itu tentu tidak akan berarti tanpa ASEAN yang yang bertumpu kepada
masyarakat, yang bekerja bagi masyarakat. Bagi Indonesia, di atas segalanya,
yang terpenting adalah bagaimana ASEAN dapat menjadi organisasi yang bermanfaat
bagi seluruh rakyat di ASEAN, dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Marty M Natalegawa Menteri Luar Negeri RI(kompas
/9/8/2011)