Peduli Papua, Presiden
Jokowi
By Cristian Pundulay
Banyak orang yg SOMAD
(sok tau amad) ttg Papua, nulis begana begini begono ttg papua. Eh saya hidup
di papua sejak 95 tak mau belagu nulis ttg papua, apalagi sok tauu.
Saya hidup di daratan
Serui, tau serui tidak?
Daerah ujung tipis yg
masyarakatnya hidup di garis bawah sejak bumi ini ada. miskin?? sudah pasti.
tapi kami tau cara bersyukur pada Tuhan.
Stop lah menulis ttg
kami anak anak papua, jangan lagi kalian mencari nama dgn seolah olah ber
empati pada kami tapi tidak melakukan apa apa.
Kalian mungkin
beruntung hidup di barat Indonesia. senangnya bukan main, serba ada dan murah.
Kalian lahir pakai
dokter, kami tidak.
Kalian bisa menonton
tivi sejak lahir bahkan sebelum lahir, kami baru 3 tahun ini.
Kalian bisa berjalan
di aspal gagah, kami?? syukur syukur bukan kubangan babi.
Tau tak kalian berapa
harga sekarung beras 50 kg?? sejuta cuk sejuta!!
Puji Tuhan kami tidak
terlalu biasa makan nasi yg mewah dr kecil. Beras itu mewah bagi kami, makanan
orang orang kaya. kami cukup hidup dengan talas atau enau. Syukur syukur kalau
jagung lagi murah, sedikit mewah lah kami makan sekeluarga.
Tau tak kenapa rumah
kami cuma bak kandang sapi kalian?? Siapa yg mampu beli semen satu sak 2,5
juta. Lihat uang segitu gak pernah broo. cuma tau baca kami disini. boro boro
mau beli semen buat rumah, mikul semen satu sak 20 km udah mati duluan kami
disini.
Terus apa kami marah
dgn kondisi dan ketimpangan itu?? tidak.
Kami so biasa jadi
anak tiri bahkan di anggap anak pungutan.
Kami biasa dilupakan
meski kekayaan alam kami dikeruk sampai ke akar bumi. lalu uangnya diberi untuk
kalian di barat sana. aspal kalian licin, rumah kalian terang, sekolah kalian
bagus sudah, rumah sakit kalian mewah.
Kami dapat apa??
Dapat ampas dan kerusakan
dr itu semua.
kami tidak marah, kami
ikhlas berbagi sama kalian, kekayaan alam kami untuk mempercantik daerah
kalian.
Kemudian hari ini
daerah kami mulai dibangun, rumah sakit so ada dokter,
sekolah so pake
sepatu.
harga beras murah
sudah,
beli semen so tak
semahal berlian lagi,
jalan kami mulai lebar
tapi kalian ribut!
Apa cuma kalian yg
ingin rumah sakit lengkap?
Apa cuma kalian yg
ingin jalan beraspal?
Apa cuma kalian yg
ingin makan nasi?
Apa cuma kalian yg
ingin pasang listrik?
Heeiiiii kami jugaaa..
Kami juga manusia,
manusia Indonesia, cukuplah kulit kami saja yg gelap, daerah kami jangan!
Cukup rambut kami saja
yg bergelombang jalanan kami jangan!!
Cukuplah kekayaan alam
kami saja yg kalian keruk, sifat kalian juga jangan macam beruk.
Ikhlas lah sedikit
berbagi dgn kami anak anak papua, anak anak pelosok rimba yg juga ingin
merasakan bagaimana di anggap layaknya manusia.!!
Di tangan tukang kayu
yg rupanya tidaklah gagah, badan nya tidaklah tegap ...
Tapi kami di anggap...
Kami disetarakan.
Kami dihargai selayak
manusia Indonesia.
Kami tidak kenal rupa
tukang kayu itu,
tapi hasilnya kerja
nya, membuat kami kenal bagaimana kearifan, kebijaksanaan, keadilan,
kesejahteraan yg merata ada dalam benak kepemimpinannya dan dia mencoba untuk
berbuat yg terbaik untuk kami.
Membangun tidaklah
mudah, apalagi membangun Papua. daerah dgn struktur alam perbukitan, meliuk dan
daerah yg masih beralam brutal karena tidak terjamah pembangunan selama ini.
Semua butuh waktu..
semua butuh proses..
Tapi seorang anak desa
pinggiran sungai Bengawan Solo telah berupaya dan terus berjuang untuk kemajuan
kami anak anak Papua.
Terima kasih presiden
ku
Terima kasih bapak
Joko Widodo
Di tangan anda, kami
merasakan layak nya di anggap manusia Indonesia.
Salam dari Serui..
Dari anak bangsa yg
pernah terpinggirkan.
Cristian Pundulay.
(tulisan diambil dari postingan Mbak Sri Setyo Pertiwi)
(tulisan diambil dari postingan Mbak Sri Setyo Pertiwi)