Tugu
Batas Digeser India-China Bentrok Kembali
Oleh Harmen Batubara
India
dan China kembali bentrok di perbatasan pada Senin (25/1/2021) bentrokan itu
terjadi di Naku La, negara bagian
Sikkim. sebuah jalur perdagangan kuno melalui Himalaya yang merupakan bagian
dari Jalur Sutra. Wilayah itu pernah terpaksa ditutup dan dibuka kembali pada
2006. Setelah Insiden Nathu La, China dan India juga terlibat dalam pertempuran
di Cho La. Wilayah yang tak jauh dari Nathu La..Menurut AFP, bentrokan
menyebabkan korban luka dari kedua belah pihak. Sumber militer India menuturkan
bentrokan dipicu patroli yang dilakukan tentara China di perbatasan.
Dikabarkan Patroli China mencoba
menerobos wilayah India, melihat patroli
tersebut dihalangi oleh pasukan penjaga batas India dan memaksa personel militer China
untuk mundur.
Masih segar dalam ingatan kita takkala terjadi Bentrokan penjaga
perbatasan China dan India di daerah perbatasan Lembah Galwan, Ladakh, Himalaya
pada bulan Juni 2020. Bentrokan itu menewaskan 20 tentara India. Bentrokan,
Senin (15/6/2020) malam, mereka lakukan “sesuai kesepakatan bersama” .
Kesepakatan ynag mengatur kalau terjadi perang atau bentrok antar mereka maka
harus dengan bersenjatakan batu atau
tongkat. Kedua pihak saling menyalahkan atas insiden itu dan saling klaim
sebagai pemilik Lembah Galwan yang sah. India menuding China memicu
perselisihan karena membangun infrastruktur di wilayah sengketa. Sebaliknya,
China tidak merasa salah karena berkeyakinan Lembah Galwan masuk wilayah China.
Konflik Perbatasan India –China Jauh dari
semangat Bersahabat Hal itu bisa kita lihat dari cara mereka berpatroli di
perbatasan. Kalau
semangat bersahabat itu ada, maka jelas mereka akan melakukan PATRO;I BERSAMA,
tetapi itu tidak mereka lakukan. Ya akhirnya mereka benar-benar saling
mengintip kesalahan tetangganya. Kalau
pasukan patrol perbatasan tetangganya salah langkah maka mereka segara
menghalaunya. Kalau tidak mau ya terpaksa jalan kekerasan dan jelas bentrokan
pasti akan terjadi. Beda kalau mereka Patroli bersama, mereka bisa berdiskusi
dan membenarkan mana yang tidak sesuai. Tapi itulah kenyataanya.
Lebih parah lagi, kedua Negara tidak mempunyai
kesepakatan terkait perbatasan. Mereka saling tidak mengakui hak Negara
tetangganya. Ketika India di jajah oleh Inggeris, pernah melakukan
kesepakatan batas dengan Tibet yang dikenal dengan Mc Mahon Line. Tetapi garis
batas itu tidak diakui oleh China, karena menurut mereka Tibet sebagai bagian
dari China tidak punya hal untuk itu.
Garis McMahon adalah garis perbatasan antara India Timur Laut
dan Tibet yang diusulkan oleh administrator kolonial Britania Henry McMahon
(India adalah Negara jajahan Inggeris) dalam Konvensi Simla 1914. Garis
ini merupakan perbatasan efektif antara Tiongkok dan India. Garis ini dinamakan
sesuai nama Henry McMahon, menteri luar negeri India Britania dan juru runding
utama konvensi di Simla. Konvensi tersebut ditandatangani oleh McMahon dan
Lonchen Satra atas nama Pemerintah Tibet. Garis ini membentang sepanjang 550
mil (890 km) dari Bhutan di barat hingga 160 mil (260 km) di timur dari
tikungan besar Sungai Brahmaputra di sebelah timur, sebagian besar di sepanjang
puncak Pegunungan Himalaya. Konvensi ini tidak diakui oleh China.
Yang membuat perbatasan kedua Negara ini jadi lebih rumit,
karena kedua Negara memanfaatkan pengaruhnya pada Negara-negara yang juga
berbatasan dengan India dan China. Hasilnya, Buthon memihak India, Pakistan
memilih China dan Tibet menjadi bagian dari China.
Dalam hal perbatasan India-China dikenal juga adanya Garis
Kontrol Aktual. Garis Kontrol Aktual (LAC) adalah sebuah garis demarkasi yang
memisahkan wilayah yang dikuasai India dengan wilayah yang dikuasai oleh
Tiongkok di bekas negara Jammu dan Kashmir. Ada dua cara umum di mana
istilah “Garis Kontrol Aktual” digunakan. Dalam pengertian sempit, garis ini
hanya mengacu pada garis kontrol di sektor barat perbatasan antara kedua
negara. Dalam pengertian itu, LAC membentuk batas efektif antara kedua negara,
bersamaan dengan Garis McMahon di timur dan bagian kecil yang tidak bersengketa
di antaranya. Dalam pengertian yang lebih luas, garis ini dapat digunakan untuk
mengacu pada garis kontrol bagian barat dan Garis MacMahon, di mana garis ini
merupakan perbatasan efektif antara India dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT).
Tetapi sekali lagi. Tiongkok tidak mengakui Garis Kontrol Aktual yang hampir
menyerupai sebagian besar “yang disebut garis McMahon tersebut”
Pemicu Yang Utama Terjadinya
Bentrokan Perbatasan.
Ada beberapa alasan. Namun, tujuan strategis yang saling
bersaing terletak pada akar konflik itu, dan kedua belah pihak saling
menyalahkan. Kedua belah pihak melihat Sungai Galwan sebagai sesuatu yang
sangat strategis. Mereka menghendaki jangan ada yang menggeser Tugu Batas di
wilayah itu. China melihat, di daearh itu, daerah yang paling dekat dengan
LAC[1] atau (Garis Kontrol
Aktual) India membangun jalan baru dari Leh ke Murgo, sepanjang Sungai Shyok
menuju Daulet Beg Oldi (DBO), daerah terpencil sepanjang LAC di Ladakh.
Tindakan India itu dimaksudkan untuk meningkatkan infrastruktur di perbatasan
tampaknya membuat marah China. Menurut China Wilayah Lembah Galwan adalah
wilayah China, dan situasi kontrol perbatasan ada pada mereka. “Menurut militer
China, India telah memaksa mereka masuk ke lembah Galwan. India mengubah status
quo di sepanjang LAC dengan membangun jalan, yang membuat marah China,” jelas
Dr Long Xingchun, presiden Chengdu Institute of World Affairs (CIWA), kepada
BBC. Jalan Baru itu bisa meningkatkan kemampuan India untuk memindahkan pasukan
dan materialnya dengan cepat jika terjadi konflik. Gesekan itu juga dipicu
oleh India yang secara kontroversial memutuskan untuk mengakhiri otonomi
terbatas Jammu dan Kashmir pada Agustus tahun 2019, dan sekaligus India juga
membuat ulang peta wilayah itu.Ladakh, yang dikelola pemerintah federal yang
baru, mencakup daerah Aksai Chin, wilayah yang diklaim India tetapi
dikendalikan dan diduki oleh China.
Hal yang juga membuat pasan China, karena pemerintah India juga
telah berbicara tentang keinginan mereka merebut kembali Kashmir yang dikelola
Pakistan. Jalan raya Karakoram yang strategis melewati area ini, menghubungkan
China dengan sekutunya Pakistan. China telah menginvestasikan sekitar US$60
miliar dalam infrastruktur Pakistan, yang disebut Koridor Ekonomi China
Pakistan, atau China Pakistan Economic Corridor (CPEC). Proyek itu merupakan
bagian dari Inisiatif Sabuk dan Jalan (OBR). Jalan raya tersebut merupakan
kunci untuk mengangkut barang ke dan dari pelabuhan Gwadar di Pakistan selatan.
Pelabuhan itu memberi China pijakan di Laut Arab. Selain itu, China tidak
senang ketika India pada awalnya melarang semua ekspor peralatan medis dan
pelindung untuk menopang stoknya segera setelah pandemi virus corona dimulai
awal tahun ini.
Dari sisi India, mereka juga melihat China terus membangun
infrastrukturnya di sekitar perbatasan. China membangun jalan yang langsung
menghubungkan provinsi Xinjiang dengan bagian barat Tibet di wilayah
Doklam yang menurut China merupakan bagian dari wilayahnya, bukan milik Bhutan
apalagi India. Mereka berpendapat tak ada pelanggaran yang dilakukan.“Itu adalah
fakta yang tak terbantahkan yang didukung oleh bukti historis dan
yurisprudensi,” kata juru bicara kementerian luar negeri China Lu Kang. Bhutan
sendiri berharap China mematuhi kesepakatan bersama dan tetap mempertahankan
status quo di wilayah tersebut.
Wilayah yang menjadi pemicu sengketa itu berada di persimpangan
antara India, China, dan Bhutan[2].
Wilayah itu sesungguhnya menjadi sengketa antara China dan Bhutan. India hadir
atas permintaan Bhutan untuk menghadapi China. Sudah lebih dari 30 tahun
sengketa itu berlangsung, tapi hingga saat ini belum ditemukan jalan keluar
yang tepat untuk semua pihak.
Bagi India, meski dataran tinggi itu bukan wilayahnya, tapi
jelas jalan tersebut akan sangat merugikan strategi pertahanannya, karena jalan
itu berada di dataran tinggi Doklam itu sangat menguntungkan bagi mobiliasi
pasukan China, terlebih lagi jalan raya itu menghubungkan provinsi Xinjiang dengan
bagian barat Tibet. Pembangunan jalan raya di dataran tinggi itu akan memberi
akses bagi China untuk bisa menuju daerah yang sering disebut “chicken’s neck”,
yakni sebuah wilayah di timur laut. Wilayah itu dapat menjadi salah satu pintu
masuk menuju teritori India yang sekaligus bisa menjangkau beberapa negara
bagian di India.
“Pembangunan infrastruktur tambahan dapat mengurangi
keseimbangan kekuatan lokal yang akan menguntungkan China, yang pada dasarnya
akan membuat India lebih rentan terhadap invasi jika terjadi konfrontasi
militer dengan Beijing,” Kata peneliti senior di Royal United Services
Institute (RUSI) London, Shashank Joshi, kepada CNN.
Kedua Negara Memanfaatkan Perbatasan
Kedua Negara sebenarnya mempunyai trauma tentang sengketa
perbatasan mereka pada tahun 1962. China menuding adanya persiapan khusus
pasukan India di perbatasan, di atas ketinggian 5.000 meter di Himalaya.
Untuk itu China juga mempersiapkan pasukannya dan menggelar latihan militer
sebagai ujicoba bagi pasukan gerak cepatnya. Mereka dilengkapi dengan navigasi
digital, rudal anti-pesawat, dan peluncur roket. Selain itu, sejumlah pejabat
India juga mengatakan bahwa kini terdapat 300 tentara dari kedua negara di
wilayah perbatasan itu yang hanya berjarak 150 meter.
Pasukan India dan China yang berhadapan di wilayah perbatasan
itu seperti membuka memori lama. Bukan kali ini saja India dan China berhadapan
lewat pasukan di wilayah perbatasan. Pada tahun 1962, setelah 13 tahun Mao
Zedong memproklamasikan negara Republik Rakyat China, kedua negara itu terlibat
dalam perang hebat terkait perbatasan yang dikenal dengan Sino–Indian War tahun
1962.
Pada perang tersebut, pasukan China masuk menyerang melalui dua
jalur perbatasan yang berbeda yakni melalui Ladakh dekat Kashmir dan McMohan
Line yang berada di Arunachal Pradesh yang hingga kini masih disengketakan oleh
kedua negara. Perang tersebut menewaskan 1.383 tentara India dan 722 tentara
China. Jumlah yang terluka mencapai 1.047 dari pihak India dan 1.697 dari pihak
China. Korban kebanyakan berjatuhan karena kondisi ekstrem karena berada di
ketinggian ribuan kaki dan tak mendapat perawatan medis. Perang ini menjadi
catatan kelabu bagi hubungan diplomatik antara kedua negara.
Militer India dan China juga pernah bertempur di Nathu La sebuah
jalur perdagangan kuno melalui Himalaya yang merupakan bagian dari Jalur Sutra.
Wilayah itu terpaksa ditutup dan dibuka kembali pada 2006. Setelah Insiden
Nathu La, China dan India juga terlibat dalam pertempuran di Cho La. Wilayah
yang tak jauh dari Nathu La. Ketegangan juga mewarnai perbatasan China dan
India di Arunachal Pradesh. Kehadiran dan provokasi China di wilayah tersebut,
membuat India mengirim tentara ke wilayah itu. Kini India memasukkan Arunachal
Pradesh sebagai salah satu negara bagian dan masuk dalam teritorinya bahkan pada
bulan Mei lalu meresmikan jembatan sepanjang 9 kilometer yang menghubungkan
Arunachal Pradesh dengan utara Assam.
Dipercaya masalah perbatasan antara India dan China dipercaya
masih akan berlangsung lama. Terlebih lagi kalau kita melihat cara-cara penyelesaian
pertiakain perbatasan antara kedua Negara itu dengan Negara-negara yang
berbatasan dengan mereka. Misalnya China, mereka mempunyai masalah perbatasan
dengan beberapa Negara seperti Jepang, dengan Korea Selatan, bahkan dengan
beberapa Negara Asean di Laut China Selatan dan belum ada yang bisa
terselesaikan dengan baik. Begitu juga dengan India, mereka bersengketa dengan
hampir semua Negara yang berbatasan dengan negaranya dan juga tidak mampu
menyelesaikannya dengan baik.
[1] https://www.matamatapolitik.com/sebab-detail-kenapa-konflik-memanas-di-perbatasan-china-india-analisis/
[2] https://tirto.id/perselisihan-antara-cina-dan-india-yang-tak-kunjung-usai-ct8E
[1] https://www.matamatapolitik.com/sebab-detail-kenapa-konflik-memanas-di-perbatasan-china-india-analisis/