Selasa, 15 Desember 2009

Jual Kerbau ke Sarawak demi Sekolahkan Anak


"Secepatnya mama kirim satu setengah juta rupiah seperti yang kamu minta.” Demikian janji Mince Silas, warga Desa Longlayu, Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur, kepada putra sulungnya di Yogyakarta melalui telepon satelit pertengahan November. Sesaat kemudian, perempuan itu juga menjanjikan hal serupa kepada anak bungsunya yang kuliah di Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim). Pembicaraan berlangsung di rumah Sekretaris Kecamatan Krayan Selatan, Helmi Puda, di Desa Longlayu. Untuk percakapan singkat itu, dia membayar Rp 48.000. Itulah telepon satelit satu-satunya di sana. ”Biasalah.... Anak-anak meminta kiriman bulanan sehingga harus jual kerbau lagi,” katanya menjelaskan. 
Mince Silas bukanlah satu-satunya orang yang membiayai kuliah anak-anaknya dengan menjual kerbau. Tindakan seperti itu umum dilakukan warga di Kecamatan Krayan Selatan dan Krayan, perbatasan Kaltim-Serawak, Malaysia Timur. ”Saya juga mau menjual kerbau bah untuk uang sekolah anak di Samarinda. Mungkin laku dua ribu ringgit bah,” kata Wellem, warga Krayan Selatan, yang ditemui terpisah. Hebatnya, kerbau yang akan dijual bukan dibawa ke Nunukan atau Tarakan. Daerah mereka terisolasi. 
Untuk mencapai Nunukan atau Tarakan, mereka harus menggunakan pesawat perintis. Karena itu, dalam menjual kerbau, pilihan mereka adalah Serawak, yang bisa dicapai melalui darat. Di sana harga jual pun relatif baik, bisa mencapai 3.000 ringgit Malaysia atau sekitar Rp 9 Juta. Memang, untuk mendapatkan harga bagus itu tidak mudah. Dari Krayan Selatan, warga harus membawa jalan ternaknya sejauh sekitar 100 kilometer dengan berjalan kaki selama dua hari melalui Longbawan (ibu kota Kecamatan Krayan), lalu ke perbatasan dan tiba di Bakalalan, Serawak. 
 Beberapa warga menyebutkan, uang hasil penjualan kerbau biasanya dikirimkan kepada anak-anak mereka melalui Kantor Pos Krayan. Tetapi, tak sedikit juga yang menitipkannya kepada warga yang kebetulan bepergian ke Nunukan atau Tarakan. Dari sana, uang itu ditransfer melalui bank. Semangat besar Menurut Camat Krayan Selatan Selutan Tadem, masyarakat di daerahnya memiliki semangat besar menyekolahkan anak-anaknya Faktanya, saat ini yang kuliah di beberapa perguruan tinggi di Yogyakarta saja tercatat 100 mahasiswa, baik dari Krayan maupun Krayan Selatan.


”Di Samarinda, ada sekitar 150 mahasiswa. Selain itu, ada juga di Jakarta,” katanya. Dua kecamatan tersebut hanya berpendudukan sekitar 11.000 jiwa. Meski mereka hidup dengan biaya tinggi—karena berbagai barang kebutuhan sehari-hari dijual dengan harga yang hampir dua kali lipat dibandingkan dengan di Samarinda—daerah itu memiliki kebanggaan pada populasi kerbaunya yang saat ini mencapai 5.000 ekor. Selain itu, mereka juga bangga dengan produksi beras lokal organiknya. 

Produksi padi adan dari areal 5.850 hektar tiap tahun mencapai 27.000 ton gabah kering giling. ”Tiap tahun surplus beras 19.000 ton. Beras ini juga sebagian besar mereka jual ke Serawak,” demikian penjelasan Selutan. Warga Krayan boleh bangga dengan kerbau dan padinya itu. Sebab, kedua hal itu yang menjadikan anaknya sarjana. (Kompas, 14/12/09, Ambrosius Harto Manuyoso/M Syaifullah/Wahyu Haryo P)

Tidak ada komentar: