Oleh Harmen Batubara
Kalau ingat perbatasan, maka saya akan ingat betapa Kontrasnya kehidupan antara warga kita dengan Negara tetangga. Cobalah ke perbatasan lihat perkampungan Malaysia yang asri, rapi dan produktif penuh dengan tanaman bernilai ekonomi. Sementara di perkampungan Indonesia sebaliknya kusam, hutan belukar dan penuh ilalang. Saya tidak habis pikir, kenapa ya bisa terjadi seperti itu? Tapi kalau kita melihat Income per Cavita warga kita baru sadar bahwa Malysia mempunya pendapatan pertahun sebesar US$ 32500 sementara Indonesia baru sebatas US$ 14500 anggak sampai separuhnya. Ya sesuatu yang wajar mestinya.
Tapi kedua Negara telah mempunyai
pakem bersama. Pakem dalam tataran pengaturan kedua Negara bertetangga dengan
tetap memberikan ruang gerak dan keleluasan yang wajar bagi kehidupan
masyarakat di wilayah perbatasan. Semangat kerjasama antara Negara tetangga
seperti GBC (General Border Committee, Indonesia-Malaysia), JBC(Joint Border
Committee, Indonesia-Papua Nugini, dan Indonesia-Timor Leste);yang secara
konkrit memperhatikan kehidupan dan kerukunan berbagai etnis yang sama-sama ada
di wilayah perbatasan. Semangat itu pula secara terukur juga dibingkai pula di
tataran regional maupun Kawasan, baik dalam Piagam Asean, maupun Asean+3 atau
Asean+ 6. Permasalahannya adalah kondisi ekonomi dari masing-masing Negara yang
bertetangga.
Hubungan warga di perbatasan
sesungguhnya berjalan dengan baik, dan saling memahami serta saling menyadari.
Bahkan seperti yang diutarakan oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) mengatakan Pemerintah Malaysia
tertarik untuk melakukan kerja sama dalam membangun desa-desa di perbatasan di
kedua negara. “Kami sudah melakukan pembicaraan kemungkinan potensi investor
Malaysia dan daerah di perbatasan Indonesia dan Malaysia,” ujar Menteri Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Eko Putro
Sandjojo, usai pertemuan dengan Duta Besar Malaysia untuk Indonesia Dato Seri
Zahrain Mohamed Hashim, di Jakarta,10/3/2017.
Dikatakan Eko, menurut pembicaraan
dengan Dubes Malaysia, investor dari Negeri Jiran tertarik untuk berinvestasi
di sejumlah bidang seperti pembangkit listrik, tambang batu bara, perkebunan,
dan lainnya. Salah satunya adalah
perusahaan listrik asal Malaysia, TNB, tertarik untuk bekerja sama
dengan PLN di perbatasan Kalimatan Timur.
Peran Strategis Provinsi Kaltara
Kalimantan utara disingkat Kaltara.
Dilihat dari berbagai sisi, provinsi Kaltara mempunyai simbol-simbol yang
menggambarkan strategisnya provinsi ini. Pertama di provinsi ini terdapat Garis
Batas Negara (RI-Malaysia) termasuk OBP (Outstanding Boundary Problem yakni di
sungai Sinapad, sungai simantipal dan pulau sebatik);kita paham bahwa garis
perbatasan adalah Batas Kedaulatan Negara-analogi mengisyaratkan perlunya
persiapan yang baik terkait pertahanan keamanan; di daerah pantainya khususnya
di Pantai Timur di pulau Sebatik, merupakan titik awal penarikan garis pangkal
batas laut; masih ditambah lagi dengan permasalahan Perairan laut Sulasewi di
sekitar Ambalat; juga terdapat Alur Laut Kepulauan Indonesia ALKI tempat lalu
lalangnya Kapal bertonase besar-kapal perang dan dagang-yang mengharuskan kita
memperhatikan kepentingan nasional di wilayah tersebut. Meskipun hal itu
wewenang pemerintah Pusat, tetapi selayaknya Kaltara mempunyai ahli yang
menguasai permasalahan Batas tersebut baik secara teknis maupun secara hokum.
Dengan demikian Kaltara akan dapat memposisikan dengan baik terkait berbagai
isu perbatasan.
Baca : Seleksi Seskoad Ketat & Melelahkan
Jadi tidaklah berlebihan kalau kita
sebut provinsi Kaltara adalah provinsi strategis yang memerlukan perencanaan
pembangunan secara khusus yang mampu mengakomodasi pertahanan wilayahnya
sendiri. Perencanaan yang bisa mengintegrasikannya dengan pembangunan kawasan
didalam negeri dan dengan negara tetangga. Pembangunannya harus juga
mencerminkan kerjasama dengan jaringan infrastruktur yang terkoneksi dengan
connectivity Asean (Malaysia-Brunai-Filipina). Kaltara harus dari awal
mendesain lapangan terbangnya mulai dari Tarakan, Nunukan, Malinau, Tanjung
Selor bisa didarati oleh pesawat tempur dengan panjang Run Way minimal 2500
meter. Kalau Amerika cukup punya satu “Pearl Harbour” maka Indonesia minimal
ada dua, yakni di Natuna dan Tarakan.
Mulai Membangun Infrastruktur dan SDM
Provinsi kalimantan utara
ibukotanya adalah Tanjung Selor. Kalau anda pernah ke Tanjung Selor, maka
inilah gambarannya. Tanjung Selor tadinya adalah sebuah kecamatan dan sekaligus
Ibu Kota Kabupaten Bulungan, Kalimantan Timur. luasnya 1.277 km persegi, dengan
penduduk 37.539 orang. Kepadatan penduduknya 30 jiwa per km persegi. Penduduk
Kalimantan Utara sangat heterogen, terdiri
Suku Dayak (Lun Bawang / Lun Dayeh, Kenyah, Murut), Suku Banjar, Melayu
Bulungan, Suku Tidung dan Suku Kutai, Suku Bajau, lalu kelompok pendatang
terbesar seperti Suku Jawa, Suku Makassar, Suku Bugis, Suku Mandar, Suku Buton,
Suku Madura, Suku Toraja, Suku Gorontalo, Suku Bawean, Suku Kaili, Suku Tausug
Suku Tolaki, dll. Di Tanjung Selor, hanya ada satu stasiun pengisian bahan
bakar umum (SPBU). Jumlah minimarket tidak lebih dari 4-5 buah. Tidak ada
gedung bioskop, mal, hotel berbintang, maupun tempat hiburan keluarga.
Jalanan
pun cukup lengang. Bahkan, hanya terdapat empat persimpangan yang memiliki
lampu pengatur lalu lintas. Untuk bandara, Tanjung Selor memiliki Bandar Udara
Tanjung Harapan, bandara kecil yang selama ini baru diisi rutenya oleh satu
maskapai dengan pesawat kecil. Meski demikian Kaltara mempunyai 8 Bandar Udara
di 8 Kota besar di Kaltara. Yakni Bandar Udara Nunukan, Tanjung Harapan di
Tanjung Selor, Bunyu, Bandar Udara Internasional Juwata, Long Ampung, Long Apung, Robert Atty Bessing Malinau, dan
Bandar Udara Yuvai Semaring di Long Bawan. Selama ini warga jika hendak
merasakan hiburan, setidaknya mal, atau berbelanja, warga pergi ke Tarakan
dengan menggunakan speedboat. Alternatif lain ialah ke ibu kota Kabupaten
Berau, yakni Tanjung Redeb, dengan menempuh jalur darat sejauh 125 km. Kini ia
sudah resmi jadi Ibu Kota Provinsi Kaltara.
Tapi kalau anda bertemu dengan
Gubernurnya, maka kesannya bisa beda. Gubernur Kalimantan Utara (Kaltara)
Irianto Lambrie[1] di
awal pemerintahahnya mengatakan, pembangunan infrastruktur di wilayah
perbatasan menjadi perhatian serius pihaknya. Hal itu telah dia lakukan
sejak dirinya menjabat sebagai Pj Gubernur Kaltara.
Menurutnya anggaran yang
telah dialokasikan sebesar Rp 35 miliar untuk pembangunan sekaligus peningkatan
Jalan Long Midang, Long Bawan hingga Long Pasia. Kemudian pembangunan
jalan perbatasan Long Layu, Pa Upan, Long Rungan juga sebesar Rp 35 miliar.
Pembangunan jalan perbatasan Long Rungan, Long Padi, Binuang, Malinau juga
sebesar Rp 35 miliar. Sedangkan pembangunan Jalan Perbatasan Long Apung, Long
Nawang, Data Dian, Long Pujungan, Malinau menggunakan nilai anggaran yang sama.
Untuk pembangunan Jalan Perbatasan
Long Apung, Sungai Barang, Sungai Boh alokasi anggaran yang disediakan juga
sebesar Rp 35 miliar. Untuk jalan Perbatasan Long Nawang, Batas Negara (Tapak
Mega), dialokasikan sebesar Rp 3 miliar yang diserap dari APBD Kaltara.
Gubernur juga mengungkapkan, Pemerintah pusat telah mengalokasikan dari
anggaran pendapatan belanja negara (APBN) untuk kegiatan pembangunan jalan dari
Kabupaten Malinau hingga ke Long Bawan. Alokasi dana yang dianggarkan oleh
pemerintah pusat sebesar Rp 250 miliar untuk pembangunan
jembatan.”Mudah-mudahan dalam tiga tahun kedepan, hasilnya sudah terlihat.
Tahun ini saja sudah terlihat hasilnya, kita sudah bisa mengendarai mobil dari
Malinau, Binuang, Long Bawan,” urainya. Menurutnya, “Jika infrastruktur telah
dibangun dengan baik, maka hal itu akan dapat mendorong kemajuan perekonomian
masyarakat yang ada di perbatasan,” begitu pungkasnya.
Pendidikan di Kaltara
Masalah pendidikan adalah persoalan
SDM warga perbatasan, dan hal itu harapan kita menjadi salah satu perioritas
yang menjadi perhatian Kaltara. Kita tahu setiap tahunnya, banyak anak-anak
yang ada di perbatasan tidak bisa melanjutkan sekolahnya karena persoalan
ekonomi orang tua mereka dan juga karena sarana dan prasarana untuk pendidikan
itu masih sangat terbatas. Harapan kita sesungguhnya Kaltara melakukan sesuatu
yang sifatnya proaktif dalam hal pembangunan sarana penunjang pendidikan ini,
khususnya pembangunan asrama bagi para siswa di tiap masing-masing kecamatan
perbatasan, dan juga di Kabupaten. Dengan catatan asrama itu difungsikan mulai
dari tibgkat SD, SMP,SMA dan sederajat dalam artian mereka diberikan jatah
makan dan minum serta uang saku gratis. Termasuk juga pendirian asrama-asrama
mahasiswa di dekat kampus-kampus terbaik di Kalimantan dan Indonesia. Menurut
kita kalau Kaltara hanya melihat pendidikan ini sama seperti provinsi lainnya
maka jelas Kaltara kurang peka dengan pembangunan SDM nya dan hal ini jelas
akan mendatangkan kerugian tidak terhingga bagi peningkatan marwah perbatasan.
Baca Juga : Profil Wilayah Perbatasan
Hal yang juga bisa dimintakan untuk
mendapat perhatian dari Kaltara adalah pendidikan anak-anak para TKI yang ada
di sekitar Tawau dan Kota Kinabalu. Kita tahu, menurut data catatan KJRI Kota
Kinabalu, jumlah WNI yang berada di Sabah per 09 Februari 2012 sejumlah 401.773
orang, dengan komposisi TKI dan keluarganya 305.584 orang, Tenaga Profesional (guru,
pilot, dosen dan dokter) 165 orang dan sejumlah 96.024 orang adalah masyarakat
keturunan pemegang paspor RI. Dari sejumlah WNI tersebut di atas, sebanyak
53.768 orang adalah anak-anak. Dipercaya masih banyak lagi anak-anak Indonesia
yang lahir tanpa akta lahir, apalagi paspor. Jadi jumlah diatas bisa berlipat
menjadi 150% – 200%. Pendidikan anak-anak TKI itu sangat memelas, diatas kertas
maka dari sisi pendidikan generasi mereka ini jelas lebih rendah mutu SDM nya
disbanding orang tua mereka.
Dalam hal pembangunan ekonomi, kita
berharap pemerintah kaltara tidak hanya menitik beratkan pada ekploitasi sumber
daya alam saja karena hal tersebut hanya akan bertahan dalam jangka waktu yang
pendek. Pemerintah kaltara dapat menggunakan strategi pembangunan lain seperti
pemanfaatan sektor pariwisata maupun sektor agribisnis yang dapat bertahan
dalam jangka waktu yang cukup panjang.
Pemerintah Indonesia pada 2006
mulai mengambil langkah untuk menangani nasib pendidikan anak-anak Indonesia
yang ada di Sabah dengan membuat MOU antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah
Malaysia melalui NGO Borneo Child Aid – Humana Child Aid Society Sabah. Kini
ada sekitar 90 gedung sekolah informal yang dikelola Humana dengan jumlah murid
sekitar 7.000 orang,sisanya 46.000 lagi dapat pendidikan apa?. Sejak tahun
2007, Indonesia mengirimkan 109 guru. Pemerintah Sabah mengijinkan adanya
sekolah Indonesia di Kota Kinabalu bagi anak-anak TKI. Sebagai propinsi di
Perbatasan, kita berharap Kaltara bisa mengambil peran yang positip untuk ikut
serta memecahkan permasalahan pendidikan para anak-anak TKI ini. Kalau hal ini
belum juga terpikirkan oleh Kaltara, tentu sangat di sayangkan sekali.
“Tidak bisa kita pungkiri wilayah
Kaltara dan Sabah sejatinya mempunyai kesamaan asal penduduk perbatasan yang
berasal dari suku bangsa yang sama. Secara logika seharusnya berdampak positif. Kesamaan budaya, kemiripan bahasa, dan
tradisi merupakan salah satu modal penting dalam melakukan interaksi komunikasi
dan saling bantu antar warga negara. Sudah saatnya Kaltara mengagas dan mengajak
kerja sama dengan Negara tetangga “informal” dalam hal memperingat hari-hari
bersejarah pada kedua warga Negara di perbatasan. Kini masanya perbatasan jadi
jalur persahabatan dengan cara saling menghormati, tradisi warga setempat.
Kita percaya bahwa Pemprov Kaltara
telah punya strategi pembangunan wilayah perbatasan yang terkait dengan
dengan: pertama, meningkatkan pelayanan
sosial dasar khususnya pendidikan dan kesehatan; kedua, penataan wilayah
administratif dan tapal batas; ketiga, meningkatan pelayanan prasarana
transportasi dan komunikasi untuk membuka keterisolasian daerah dan pemasaran
produksi. Keempat, mengembangkan pusat-pusat permukiman potensial dan
mengembangkanan partisipasi swasta dalam pemanfaatan potensi wilayah khususnya
sumber daya alam; kelima, meningkatan koordinasi baik dengan pemerintah pusat,
pemerintah daerah dan regional secara bersama-sama seluruh masyarakat Kaltara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar