Senin, 13 Juni 2022

Perbatasan : Peran Strategis Kaltara Membangun Halaman Depan Bangsa

 

Oleh Harmen Batubara

Kalau ingat perbatasan, maka saya akan ingat betapa Kontrasnya kehidupan antara warga kita dengan Negara tetangga. Cobalah ke perbatasan lihat perkampungan Malaysia yang asri, rapi dan produktif penuh dengan tanaman bernilai ekonomi. Sementara di perkampungan Indonesia sebaliknya kusam, hutan belukar dan penuh ilalang. Saya tidak habis pikir, kenapa ya bisa terjadi seperti itu? Tapi kalau kita melihat Income per Cavita warga kita baru sadar bahwa Malysia mempunya pendapatan pertahun sebesar US$ 32500 sementara Indonesia baru sebatas US$ 14500 anggak sampai separuhnya. Ya sesuatu yang wajar mestinya.



Tapi kedua Negara telah mempunyai pakem bersama. Pakem dalam tataran pengaturan kedua Negara bertetangga dengan tetap memberikan ruang gerak dan keleluasan yang wajar bagi kehidupan masyarakat di wilayah perbatasan. Semangat kerjasama antara Negara tetangga seperti GBC (General Border Committee, Indonesia-Malaysia), JBC(Joint Border Committee, Indonesia-Papua Nugini, dan Indonesia-Timor Leste);yang secara konkrit memperhatikan kehidupan dan kerukunan berbagai etnis yang sama-sama ada di wilayah perbatasan. Semangat itu pula secara terukur juga dibingkai pula di tataran regional maupun Kawasan, baik dalam Piagam Asean, maupun Asean+3 atau Asean+ 6. Permasalahannya adalah kondisi ekonomi dari masing-masing Negara yang bertetangga.

Hubungan warga di perbatasan sesungguhnya berjalan dengan baik, dan saling memahami serta saling menyadari. Bahkan seperti yang diutarakan oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) mengatakan Pemerintah Malaysia tertarik untuk melakukan kerja sama dalam membangun desa-desa di perbatasan di kedua negara. “Kami sudah melakukan pembicaraan kemungkinan potensi investor Malaysia dan daerah di perbatasan Indonesia dan Malaysia,” ujar Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Eko Putro Sandjojo, usai pertemuan dengan Duta Besar Malaysia untuk Indonesia Dato Seri Zahrain Mohamed Hashim, di Jakarta,10/3/2017.

Dikatakan Eko, menurut pembicaraan dengan Dubes Malaysia, investor dari Negeri Jiran tertarik untuk berinvestasi di sejumlah bidang seperti pembangkit listrik, tambang batu bara, perkebunan, dan lainnya. Salah satunya adalah  perusahaan listrik asal Malaysia, TNB, tertarik untuk bekerja sama dengan PLN di perbatasan Kalimatan Timur.

Peran Strategis Provinsi Kaltara

Kalimantan utara disingkat Kaltara. Dilihat dari berbagai sisi, provinsi Kaltara mempunyai simbol-simbol yang menggambarkan strategisnya provinsi ini. Pertama di provinsi ini terdapat Garis Batas Negara (RI-Malaysia) termasuk OBP (Outstanding Boundary Problem yakni di sungai Sinapad, sungai simantipal dan pulau sebatik);kita paham bahwa garis perbatasan adalah Batas Kedaulatan Negara-analogi mengisyaratkan perlunya persiapan yang baik terkait pertahanan keamanan; di daerah pantainya khususnya di Pantai Timur di pulau Sebatik, merupakan titik awal penarikan garis pangkal batas laut; masih ditambah lagi dengan permasalahan Perairan laut Sulasewi di sekitar Ambalat; juga terdapat Alur Laut Kepulauan Indonesia ALKI tempat lalu lalangnya Kapal bertonase besar-kapal perang dan dagang-yang mengharuskan kita memperhatikan kepentingan nasional di wilayah tersebut. Meskipun hal itu wewenang pemerintah Pusat, tetapi selayaknya Kaltara mempunyai ahli yang menguasai permasalahan Batas tersebut baik secara teknis maupun secara hokum. Dengan demikian Kaltara akan dapat memposisikan dengan baik terkait berbagai isu perbatasan.

Baca  :   Seleksi Seskoad Ketat & Melelahkan

Jadi tidaklah berlebihan kalau kita sebut provinsi Kaltara adalah provinsi strategis yang memerlukan perencanaan pembangunan secara khusus yang mampu mengakomodasi pertahanan wilayahnya sendiri. Perencanaan yang bisa mengintegrasikannya dengan  pembangunan kawasan didalam negeri dan dengan negara tetangga. Pembangunannya harus juga mencerminkan kerjasama dengan jaringan infrastruktur yang terkoneksi dengan connectivity Asean (Malaysia-Brunai-Filipina). Kaltara harus dari awal mendesain lapangan terbangnya mulai dari Tarakan, Nunukan, Malinau, Tanjung Selor bisa didarati oleh pesawat tempur dengan panjang Run Way minimal 2500 meter. Kalau Amerika cukup punya satu “Pearl Harbour” maka Indonesia minimal ada dua, yakni di Natuna dan Tarakan.

Mulai Membangun Infrastruktur dan SDM

Provinsi kalimantan utara ibukotanya adalah Tanjung Selor. Kalau anda pernah ke Tanjung Selor, maka inilah gambarannya. Tanjung Selor tadinya adalah sebuah kecamatan dan sekaligus Ibu Kota Kabupaten Bulungan, Kalimantan Timur. luasnya 1.277 km persegi, dengan penduduk 37.539 orang. Kepadatan penduduknya 30 jiwa per km persegi. Penduduk Kalimantan Utara sangat heterogen, terdiri  Suku Dayak (Lun Bawang / Lun Dayeh, Kenyah, Murut), Suku Banjar, Melayu Bulungan, Suku Tidung dan Suku Kutai, Suku Bajau, lalu kelompok pendatang terbesar seperti Suku Jawa, Suku Makassar, Suku Bugis, Suku Mandar, Suku Buton, Suku Madura, Suku Toraja, Suku Gorontalo, Suku Bawean, Suku Kaili, Suku Tausug Suku Tolaki, dll. Di Tanjung Selor, hanya ada satu stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU). Jumlah minimarket tidak lebih dari 4-5 buah. Tidak ada gedung bioskop, mal, hotel berbintang, maupun tempat hiburan keluarga.

Jalanan pun cukup lengang. Bahkan, hanya terdapat empat persimpangan yang memiliki lampu pengatur lalu lintas. Untuk bandara, Tanjung Selor memiliki Bandar Udara Tanjung Harapan, bandara kecil yang selama ini baru diisi rutenya oleh satu maskapai dengan pesawat kecil. Meski demikian Kaltara mempunyai 8 Bandar Udara di 8 Kota besar di Kaltara. Yakni Bandar Udara Nunukan, Tanjung Harapan di Tanjung Selor, Bunyu, Bandar Udara Internasional Juwata, Long Ampung,  Long Apung, Robert Atty Bessing Malinau, dan Bandar Udara Yuvai Semaring di Long Bawan. Selama ini warga jika hendak merasakan hiburan, setidaknya mal, atau berbelanja, warga pergi ke Tarakan dengan menggunakan speedboat. Alternatif lain ialah ke ibu kota Kabupaten Berau, yakni Tanjung Redeb, dengan menempuh jalur darat sejauh 125 km. Kini ia sudah resmi jadi Ibu Kota Provinsi Kaltara.

Tapi kalau anda bertemu dengan Gubernurnya, maka kesannya bisa beda. Gubernur Kalimantan Utara (Kaltara) Irianto Lambrie[1] di awal pemerintahahnya mengatakan, pembangunan infrastruktur di wilayah perbatasan menjadi perhatian serius pihaknya. Hal itu telah dia lakukan sejak  dirinya menjabat sebagai Pj Gubernur Kaltara.

Menurutnya  anggaran yang telah dialokasikan sebesar Rp 35 miliar untuk pembangunan sekaligus peningkatan Jalan Long Midang, Long Bawan hingga Long Pasia. Kemudian  pembangunan jalan perbatasan Long Layu, Pa Upan, Long Rungan juga sebesar Rp 35 miliar. Pembangunan jalan perbatasan Long Rungan, Long Padi, Binuang, Malinau juga sebesar Rp 35 miliar. Sedangkan pembangunan Jalan Perbatasan Long Apung, Long Nawang, Data Dian, Long Pujungan, Malinau menggunakan nilai anggaran yang sama.

Untuk pembangunan Jalan Perbatasan Long Apung, Sungai Barang, Sungai Boh alokasi anggaran yang disediakan juga sebesar Rp 35 miliar. Untuk jalan Perbatasan Long Nawang, Batas Negara (Tapak Mega), dialokasikan sebesar Rp 3 miliar yang diserap dari APBD Kaltara. Gubernur juga  mengungkapkan, Pemerintah pusat telah mengalokasikan dari anggaran pendapatan belanja negara (APBN) untuk kegiatan pembangunan jalan dari Kabupaten Malinau hingga ke Long Bawan. Alokasi dana yang dianggarkan oleh pemerintah pusat sebesar Rp 250 miliar untuk pembangunan jembatan.”Mudah-mudahan dalam tiga tahun kedepan, hasilnya sudah terlihat. Tahun ini saja sudah terlihat hasilnya, kita sudah bisa mengendarai mobil dari Malinau, Binuang, Long Bawan,” urainya. Menurutnya, “Jika infrastruktur telah dibangun dengan baik, maka hal itu akan dapat mendorong kemajuan perekonomian masyarakat yang ada di perbatasan,” begitu pungkasnya.

Pendidikan di Kaltara

Masalah pendidikan adalah persoalan SDM warga perbatasan, dan hal itu harapan kita menjadi salah satu perioritas yang menjadi perhatian Kaltara. Kita tahu setiap tahunnya, banyak anak-anak yang ada di perbatasan tidak bisa melanjutkan sekolahnya karena persoalan ekonomi orang tua mereka dan juga karena sarana dan prasarana untuk pendidikan itu masih sangat terbatas. Harapan kita sesungguhnya Kaltara melakukan sesuatu yang sifatnya proaktif dalam hal pembangunan sarana penunjang pendidikan ini, khususnya pembangunan asrama bagi para siswa di tiap masing-masing kecamatan perbatasan, dan juga di Kabupaten. Dengan catatan asrama itu difungsikan mulai dari tibgkat SD, SMP,SMA dan sederajat dalam artian mereka diberikan jatah makan dan minum serta uang saku gratis. Termasuk juga pendirian asrama-asrama mahasiswa di dekat kampus-kampus terbaik di Kalimantan dan Indonesia. Menurut kita kalau Kaltara hanya melihat pendidikan ini sama seperti provinsi lainnya maka jelas Kaltara kurang peka dengan pembangunan SDM nya dan hal ini jelas akan mendatangkan kerugian tidak terhingga bagi peningkatan marwah perbatasan.

Baca  Juga :  Profil Wilayah Perbatasan

Hal yang juga bisa dimintakan untuk mendapat perhatian dari Kaltara adalah pendidikan anak-anak para TKI yang ada di sekitar Tawau dan Kota Kinabalu. Kita tahu, menurut data catatan KJRI Kota Kinabalu, jumlah WNI yang berada di Sabah per 09 Februari 2012 sejumlah 401.773 orang, dengan komposisi TKI dan keluarganya 305.584 orang, Tenaga Profesional (guru, pilot, dosen dan dokter) 165 orang dan sejumlah 96.024 orang adalah masyarakat keturunan pemegang paspor RI. Dari sejumlah WNI tersebut di atas, sebanyak 53.768 orang adalah anak-anak. Dipercaya masih banyak lagi anak-anak Indonesia yang lahir tanpa akta lahir, apalagi paspor. Jadi jumlah diatas bisa berlipat menjadi 150% – 200%. Pendidikan anak-anak TKI itu sangat memelas, diatas kertas maka dari sisi pendidikan generasi mereka ini jelas lebih rendah mutu SDM nya disbanding orang tua mereka.

Dalam hal pembangunan ekonomi, kita berharap pemerintah kaltara tidak hanya menitik beratkan pada ekploitasi sumber daya alam saja karena hal tersebut hanya akan bertahan dalam jangka waktu yang pendek. Pemerintah kaltara dapat menggunakan strategi pembangunan lain seperti pemanfaatan sektor pariwisata maupun sektor agribisnis yang dapat bertahan dalam jangka waktu yang cukup panjang.

Pemerintah Indonesia pada 2006 mulai mengambil langkah untuk menangani nasib pendidikan anak-anak Indonesia yang ada di Sabah dengan membuat MOU antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Malaysia melalui NGO Borneo Child Aid – Humana Child Aid Society Sabah. Kini ada sekitar 90 gedung sekolah informal yang dikelola Humana dengan jumlah murid sekitar 7.000 orang,sisanya 46.000 lagi dapat pendidikan apa?. Sejak tahun 2007, Indonesia mengirimkan 109 guru. Pemerintah Sabah mengijinkan adanya sekolah Indonesia di Kota Kinabalu bagi anak-anak TKI. Sebagai propinsi di Perbatasan, kita berharap Kaltara bisa mengambil peran yang positip untuk ikut serta memecahkan permasalahan pendidikan para anak-anak TKI ini. Kalau hal ini belum juga terpikirkan oleh Kaltara, tentu sangat di sayangkan sekali.

“Tidak bisa kita pungkiri wilayah Kaltara dan Sabah sejatinya mempunyai kesamaan asal penduduk perbatasan yang berasal dari suku bangsa yang sama. Secara logika  seharusnya berdampak positif.  Kesamaan budaya, kemiripan bahasa, dan tradisi merupakan salah satu modal penting dalam melakukan interaksi komunikasi dan saling bantu antar warga negara. Sudah saatnya Kaltara mengagas dan mengajak kerja sama dengan Negara tetangga “informal” dalam hal memperingat hari-hari bersejarah pada kedua warga Negara di perbatasan. Kini masanya perbatasan jadi jalur persahabatan dengan cara saling menghormati, tradisi warga setempat.

Kita percaya bahwa Pemprov Kaltara telah punya strategi pembangunan wilayah perbatasan yang terkait dengan dengan:  pertama, meningkatkan pelayanan sosial dasar khususnya pendidikan dan kesehatan; kedua, penataan wilayah administratif dan tapal batas; ketiga, meningkatan pelayanan prasarana transportasi dan komunikasi untuk membuka keterisolasian daerah dan pemasaran produksi. Keempat, mengembangkan pusat-pusat permukiman potensial dan mengembangkanan partisipasi swasta dalam pemanfaatan potensi wilayah khususnya sumber daya alam; kelima, meningkatan koordinasi baik dengan pemerintah pusat, pemerintah daerah dan regional secara bersama-sama seluruh masyarakat Kaltara.

 


 

 

 

Minggu, 16 Januari 2022

Buku Perbatasan : Travel Ke PLBN Long Nawang Malinau

 


Travel Ke Perbatasan PLBN  Long Nawang Malinau

Oleh Harmen Batubara

PLBN Long Nawang juga akrab dikenal sebagai Tapak Mega ini berada di pedalaman pegunungan Long Nawang, Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Utara yang berbatasan langsung dengan Long Busang di Sarawak, Malaysia. PLBN berkategori PLBN darat yang dibangun di atas lahan seluas 9 hektar ini mulai dibangun pada 3 September 2020 dan ditargetkan selesai pada Desember 2022. 

Pembangunan PLBN Long Nawang dilakukan oleh Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Provinsi Kalimantan Utara Direktorat Jenderal Cipta Karya dengan ruang lingkup pekerjaan meliputi bangunan utama, Mess Pegawai, Masjid, Lansekap, Pos Jaga, GWT, Power House, Selasar Parkir, Serta Mekanikal Elektrikal Dan Plumbing (MEP). PLBN ini dapat diakses dalam waktu kurang lebih 1 jam dari Bandara Juwata Tarakan Ke Long Ampung dari Long Ampung naik Taksi atau Travel sekitar setengah Jam. Untuk ke PLBN Long Nawang saat ini anda bisa lewat darat, atau udara. Kalau anda dari luar Kalimantan maka tujuan pertama terlebih dahulu ya ke Tarakan atau Tanjung Selor. Kalau mau terus dengan pesawat udara anda bisa mengatur destinasi anda hingga sampai Malinau atau Malah sampai Lapangan Udara Long Ampung. Dari Long Apung ke Long Nawang bisa naik travel atau taksi dengan waktu sekitar setengah Jam. Kalau lewat darat anda bisa dari Tanjung Selor ke Malinau bisa pakai  Bus Damri. Dari Malinau ke Long Nawang anda sebaiknya lewat Travel atau Taksi. 



Dengan adanya PLBN Long Nawang yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang fungsional ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas kawasan perbatasan di Provinsi Kalimantan Utara sehingga menjadi kawasan perbatasan yang berdaya saing. Menurut Gubernur Kalimantan Utara Zainal Arifin Paliwang, pembangunan PLBN Long Nawang serta 3 PLBN lainnya di Kalimantan Utara (PLBN Sei Pancang, PLBN Long Midang, dan PLBN Labang) sangat penting bagi negara karena  akan dapat melayani lebih baik lagi kebutuhan warga perbatasan (Indonesia – Malaysia) sehingga bersinergi menghadirkan kesejahteraan.

Kalimantan Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang berbatasan langsung dengan Tawau, Malaysia. Wilayah dengan berbagai potensi keindahan alam, alamnya yang eksotik, serta penduduknya yang ramah. Maka tidak heran jika wilayah ini memiliki potensi menjadi “cross border tourism’  yang tinggi dan menjanjikan. Selama ini pemerintah telah mengembangkan strategi mendatangkan wisman melalui cross border tourism dengan  mengadakan dan mempopulerkan Festival Cross Border. Untuk Kaltara waktu itu sudah ada Festival Cross Border Nunukan. Yakni lewat acara seperti  bazar produk-produk industri kreatif setempat, dengan produk andalan berupa hasil olahan rumput laut, yakni amplang dan juga dengan mendatangkan Penyanyi Top Dangdut. Kita tahu umumnya wilayah perbatasan senang dengan lagu-lagu dangdut serta juga para artisnya.

Perbatasan Kalimantan Utara kini mempunyai sarana Perbatasan yang  dikenal dengan nama Pos Lintas Batas Negara (PLBN) yang jadi sarana lalu lintas batas Orang dan Barang serta pusat Bisnis bersama di perbatasan. Kalimantan Utara kini mempunya PLBN Long Nawang di Kab Malinau: PLBN Long Midang & Labang Kab Nunukan ; dan PLBN Sei Pancang Pulau Sebatik.

Travel ke perbatasan kini jadi menarik. Hal ini sejalan dengan pengembangan “cross border tourism”, yang sudah digalakkan pemerintah. Meski belum popular, namun menunjukkan tren kenaikan kunjungan wisatawan setiap tahun. Pada sejumlah wilayah, pemerintah tengah fokus mengeksplorasi pontesi wisata di perbatasan lewat beragam festival kebudayaan. Saat ini, ada tiga jalur darat diketahui terjadi peningkatan kedatangan turis. Di Atambua, persentase kenaikan pelancong sebanyak 56.95% dari 19.221 menjadi 30.167 turis, di Aruk naik sebesar 118.21% dari 2.658 wisman menjadi 5.800 pelancong, dan di Nanga Badau naik sekira 65.68% dari 2.678 turis menjadi 4.437 wisman selama Januari-April 2018. Kenaikan kunjungan turis di tiga pintu darat tersebut sinkron dengan upaya Kementerian Pariwisata yang terus memoles potensi destinasi wisata melalui beragam festival kebudayaan, produk kerajinan UKM dan kuliner lokal. Berbagai kegiatan touris di perbatasan mendapat sambutan yang menyenangkan. Hal ini bisa kita lihat dari perhatian yang diberikan Sarawak Tourism Board (STB) pada tahun 2019 lalu. STB Minta Festival Cross border Digelar Tiap Bulan. Pada waktu itu, Pihak STB mengharapkan kegiatan Festival Wonderful Indonesia (FWI) di border area dapat dilaksanakan setiap bulan. Terutama, di akhir bulan. Dan bila memungkinkan, tanggal pelaksanaannya sudah ditetapkan lebih awal, sehingga mereka bisa membuat perencanaan lebih baik mendukung event Festival Wonderful Indonesia. Waktu itu FWI jadi keren karena mengundang penyanyi Dangdut terkenal seperti Cita Citata, dan membuat festival jadi sangat popular. Apalagi kalau lagi ada Perayaan Cap Go Meh di Singkawang, dan Festival Wonderful Indonesia di Perbatasan Aruk dan Entikong jelas lebih semarak lagi. Bisa dibayangkan antusiame warga.

Provinsi Kalimantan Utara adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian utara Pulau Kalimantan. Provinsi ini berbatasan langsung dengan negara tetangga, yaitu Negara Bagian Sabah dan Sarawak. Pusat pemerintahan kabupaten ini berada di Tanjung Selor. Luas wilayahnya 72.567.49 km² ; dengan jumlah penduduk 738.163 jiwa (tahun 2013).  Pada saat dibentuknya, wilayah Kalimantan Utara dibagi menjadi 5 wilayah administrasi, yang terdiri dari 1 kota dan 4 kabupaten sebagai berikut : Kota Tarakan, populasi 239.973, ibukota Tarakan;  Kabupaten Bulungan, populasi 226.322, ibukota Tanjung Selor ;   Kabupaten Malinau, populasi62.460, ibukota Malinau ;       Kabupaten Nunukan, populasi140.567, ibukota Nunukan ; dan   Kabupaten Tana Tidung, populasi22.841, ibukota Tideng Pale

Letak Geografis Provinsi Kalimantan Utara memiliki lokasi strategis dan menguntungkan, karena daerahnya di lewati oleh alur pelayaran yang termasuk dalam kategori Alur Laut Kawasan Indonesia II (ALKI II) yang sering dilewati oleh kapal kapal yang berlayar dari perairan Indonesia ke alur pelayaran internasional meliputi Kawasan Malaysia, Filipina, Brunei, Singapore dan negara-negara ASEAN, serta negara-negara Asia Pasifik seperti Hongkong, China, Korea Selatan dan Jepang. Penduduk Provinsi Kalimantan Utara terdiri dari banyak suku atau heterogen yang terdiri dari berbagai suku. Secara garis besar penduduk Provinsi Kalimantan Utara terdiri dari : Suku Bulungan ;  Suku Tidung ; Suku Dayak; Suku Banjar ; Suku Bugis ; Suku Jawa ;  Suku Sunda, NTT, NTB, etnis Tionghoa dan lain-lain.



Salah satu yang terkenal dari daerah ini adalah Beras Adan Krayan. Beras  Adan dari Krayan adalah salah satu komoditi beras yang berasal dari  Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara. Jenis beras ini juga mengantongi serifikat Indikasi Geografis (IG) dari Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI). Setiap kali panen, masyarakat di Krayan berhasil memproduksi lebih dari 10 ton Beras Adan. Luas sawah di Krayan mencapai   3.466 hektare. Dari luasan sawah ini, rata-rata menghasilkan produksi  sekira 14.000 ton Gabah Kering Panen (GKP). Atau dalam bentuk beras rata-rata sekitar 8.500 ton.

Ada tiga jenis beras Adan yaitu Adan Putih, Adan Hitam dan Adan Merah. Dalam bahasa asli Suku Dayak Lundayeh, ketiga beras itu disebut Pade Adan Buda, Adan Hitem dan Adan Sia. Bibit padi ini berasal dari hasil budidaya masyarakat Krayan. Keunggulan beras Adan ini terletak pada aroma yang khas dan tekstur yang halus. Beras Adan merupakan hasil pertanian organik masyarakat Krayan dengan memanfaatkan air pegunungan sebagai irigasi. Selain rasanya yang lezat, beras Adan memiliki kandungan gizi yang tinggi, punya vitamin B2, mineral ferum, psophorus hingga kalsium. Beras Adan juga diklaim memiliki kandungan protein tinggi dengan kadar lemak yang lebih sedikit dari beras biasa.

Dengan adanya pembangunan jalan paralel perbatasan, punya nilai strategis bagi wilayah ini, karena di samping fungsi pertahanan dan keamanan negara, juga sekaligus membuka dan menumbuhkan ekonomi kawasan perbatasan. Jalan paralel perbatasan Kalimantan – Malaysia sepanjang 1.920 km. Daerah Kalbar memiliki panjang 811.32 km yang  terbagi menjadi dua yakni 607.81 km berstatus jalan NON NASIONAL dan 203.51 km JALAN NASIONAL. Jalan paralel sepanjang 811.32 km tersebut dimulai  dari Temajok hingga Batas Provinsi Kalbar/Kaltim. Untuk daerah Kaltara dari 1.920 km jalan paralel perbatasan di Kalimantan, yang berada di Provinsi Kaltara sepanjang 824 km dan Kaltim sepanjang 244 km. Rata-rata seluruh jalan memiliki lebar minimal 6 meter dan ruang milik jalan (Rumija) antara 15 - 25 meter.

Dipercaya dengan terbukanya isolasi lewat jalan darat ini, secara otomatis ia akan menimbulkan ide-ide baru dalam hal membuka peluang ekonomi. Jalan parallel perbatasan akan membuka para penggiat pariwisata untuk lebih mempercantik destinasi wisata di sepanjang jalan perbatasan. Berbagai lokasi destinasi di Kalimantan sungguh menarik dan bisa jadi destinasi yang menggoda. Destinasi wisata yang menarik di daerah Kalimantan Utara yang menarik, antara lain : Air Terjun Krayan, Long Midang, Krayan Kab Nunukan;  Air Terjun Sianak, bambangn, Sebatik Nunukan.; Giram Luyu, Desa Labang, Kec. Lumbis Ogong dan Gerbang Satria, Desa Lumbis Pensiangan Kab. Nunukan; Long Bawan, Long Bawan, Kec. Krayan, Kab. Nunukan; Pantai Kayu Angin Tanjung Karang, Sebatik, Kab. Nunukan.; Sungai Hitam Desa Tabur Lestari, Kec. Seimenggaris, Kab. Nunukan.; Desa Long Beluah, Kec. Tanjung Palas Barat, Kab. Bulungan.; Batu Tumpuk Panca Agung, Kec. Tanjung Palas Utara, Kab. Bulungan.; dan Gunung Putih, Kec. Tanjung Palas, Kab. Bulungan Dll.

Bepergian ke Long Nawang Masa Lalu

Seperti apa sih kisah perjalanannya kalau ke Malinau sebelum Pa Jokowi membangun Jalan Paralel perbatasan? Berikut pengalaman salah seorang yang awam tentang daerah itu tetapi dia harus ke Sebuku karena tugas[1]. Kalau saya pribadi[2] pernah bertugas di Malinau itu sekitar tahun 1985 an, meski waktu itu masih hutan belantara tapi saya punya dua Helikopter jenis Allouwet. Jadi kemana-mana mudah, tidak perlu mendarat kalau perlu kami bisa turun dengan refeling pakai tali. Kita lanjutkan ceritanya. Dia dan rombongan PJTU-UT berangkat malam hari dari bandara Soekarnao Hatta Jakarta ke  Bandara Juwata di Tarakan kalimantan utara. Tanpa Transit. Mereka menggunakan maskapai garuda dengan pesawat bombardier CRJ-1000. Lama perjalanan dari soekarno hatta ke juwata tarakan sekitar 3 jam, lama dan membosankan apalagi pesawatnya tidak dilengkapi fasilitas TVatau infotaiment dan lumayan bete berjam-jam di pesawat. Mereka menginap semalam di kota tarakan untuk selanjutnya besok pergi menuju lokasi UAS. Kota tarakan lumayan besar dan cukup ramai, mungkin kalo kita menganggap banyak hutan belantara anda salah. Hotel-hotel besar pun banyak disini misal swiss-bell hotel.

Keberangkatan mereka ke sebuku diluar rencana, karena rencananya saya naik speedboad ternyata speedboad sudah penuh karena di booking oleh pemda, dan apesnya perjalanan ke sebuku dari tarakan hanya ada satu kali saja dalam sehari. Ah apes.. Tapi bagaimana pun hari itu saya harus berangkat karena membawa naskah UAS untuk besok harinya. Solusinya adalah naik pesawat, akhirnya saya pesan tiket pesawat untuk tujuan tarakan-malinau, btw kok ke malinau sih…  yup karena tidak ada penerbangan ke sebuku, jangan kan penerbangan bandaranya saja tidak ada, wow… saya jadi curiga nih lokasi nanti seperti apa.. jangan-jangan seperti dugaan saya masih hutan..

Lanjut ke malinau…..sebuku

Pesawat ke malinau yang digunakan berjenis ATR dengan maskapai.. ehmm apa ya dia lupa namanya, cobain aja deh. Diatas dia menyaksikan pulau kalimantan, wow.. ternyata di kelilingi oleh sungai yang sangat lebar, mungkin 3 kali lebar sungai Cisadane. Saya sampai malinau sudah masuk waktu magrib karena dari tarakannya sendiri jam 5 sore. Sampai malinau saya meneruskan lewat darat dengan menyewa kendaraan jenis Apanza. Ongkos sewanya 800 rb, mahal ya… Malinau sebuku sendiri ditempuh sekitar 3 jam. Lama buanget…..

Perjalanan darat dari malinau-sebuku medannya cukup menantang, jangan coba-coba pake mobil sedan deh… Supir yang menemani saya ke sebuku bukan asli kalimantan tapi asli bugis yang sudah lama tinggal di kalimantan. Sepanjang perjalanan malinau kondisi jalan masih aman dan cukup penerangan karena kami melakukan perjalan malam. kami sempat istirahat di masjid untuk sholat maghrib. Masjid tempat kami sholat masih terbuat dari kayu dan lokasinya agak di dalem perkampungan yang jarang warga wih.. serem gelap banget dan sialnya banyak banget anjing.  Selesai sholat kami lanjut perjalanan ke sebuku dan benar saja sepanjang perjalanan jarang nemu rumah, lebih banyak hutan belantara dan kebun sawit. hikhiks…

Daerah sana memang terkenal dengan kebun sawitnya, karena kendaraan yang kami temui dijalan kebanyakan truk pengangkut sawit. Sepanjang perjalanan hanya cahaya lampu mobil yang kami naiki yang kami lihat, kiri kanan hanya hutan kalo ada apa” sama kendaraan kami bakal runyam urusan. Saya pun gak bisa tidur, gimana mau tidur jalanan naik turun bukit ditambah banyak lobang juga. Ya sudah banyak berzikir dan doa aja.

Akhirnya yang dituju sampai juga, kami sampai di sebuku dan disana tidak ada hotel berbintang ya, cuma ada penginapan sederhana aja. yang penting ada kasur dan kamar mandi. Penginapan kami yang punya orang jawa beliau juga kepala desa disana. Nama hotelnya Dwi Putri Aulia, mungkin ini hotel terbaik disana.

Untuk melihat kondisi daerah Kaltara setelah satu tahun kemudian bisa kita lihat penuturan para peserta Rombongan Touring Pilkada 2020[3], dengan route dari Nunukan-Malinau. Tepatnya hari Rabu 5 Agustus 2020 dari Hotel Tulin Onsoi, Nunukan, rombongan KPU Kaltara akan bergerak ke Malinau. 

Hampir Pukul 09.00 Wita, iring-iringan kendaraan roda empat kembali bergerak meninggalkan penginapan. Sekitar 30 menit perjalanan, laju kendaraan melambat. Tampak kendaraan alat berat sedang melakukan pekerjaan jalan. Sejumlah pekerja tengah berjibaku dengan tanah menggunakan alatnya. Aktivitas galian tanah itu menunjukkan adanya peningkatan pembangunan akses di kabupaten perbatasan tersebut.

Infrastruktur jalan menuju titik perbatasan di Nunukan sebagian besar adalah tanggung jawab pemerintah pusat. Kucuran APBN cukup banyak untuk membiayai pekerjaan jalan ke wilayah itu. Alhasil, perjalanan melalui jalur darat antara Nunukan-Malinau jauh lebih baik. Khususnya akses darat sampai ke Sei Menggaris hingga Sungai Ular. Perjalanan tim sosialisasi dari KPU Kaltara yang berangkat dari Nunukan ke Malinau pun lancar. Bahkan, jalan mulus membuat kendaraan rombongan melejit kencang sampai di kabupaten yang berada di antara Nunukan dan Tana Tidung itu.“Perjalanan sekitar dua jam atau paling lama dua jam setengah,” kata Hariyadi. Benar saja, sekitar Pukul 11.30 Wita, rombongan sudah tiba di salah satu hotel yang berada di Ibukota Malinau. Padahal, rombongan sempat singgah beberapa menit untuk mengabadikan momen di pertengahan jalan.

Kini perjalanan ke Malinau atau ke Nunukan sudah jauh berubah, jalannya sudah bagus dan enak untuk melakukan perjalanan, terlebih lagi kalau memakai kenderaan pribadi atau sewaan. Kalau mau naik Bus juga sudah ada Bus Damri[4]. Alternatif perjalanan jalur darat dengan Bus Damri umumnya menjadi pilihan bagi pelaku perjalanan dari Kabupaten Malinau, khususnya mendekati libur akhir pekan.

Juga perayaan hari-hari keagamaan seperti hari raya umat Hindu, yakni Hari Raya Nyepi.

Sesuai informasi dari UPTD Terminal Malinau Kota, Bus Damri Malinau melayani dua rute keberangkatan. Selain menuju Tanjung Selor, Bus Damri juga melayani rute dari Malinau menuju Salang, Kecamatan Sebuku, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara. Bagi masyarakat Malinau yang akan bepergian menuju dua rute tersebut dapat langsung membeli tiket di loket pelayanan Damri di UPTD Terminal Malinau Kota. Harga tiket bus Damri adalah sebagai berikut:

- Trayek Malinau-Tanjung Selor, Rp 150 ribu

- Trayek Malinau-Salang, Rp 50 ribu

Tujuan Malinau-Salang juga melayani rute keberangkatan setiap hari, pukul 14:00 Wita, dan tujuan Salang-Malinau pukul 07:00 Wita. Pembelian tiket bus Damri Malinau dapat langsung diperoleh di UPTD Terminal, Jalan Terminal Baru, Desa Malinau Kota, Kecamatan Malinau Kota, Kabupaten Malinau Provinsi Kalimantan Utara.





[1] http://daryusman.staff.ut.ac.id/2019/10/07/perjalanan-ke-sebuku-kalimantan-utara/

[2] Masa itu Tim saya lagi memetakan wilayah Malianu hingga Nunukan dari Pemetaan TNI-AD, kami punya posko di Malinau-Nunukan dan Long Nawang.

[3] https://korankaltara.com/peningkatan-akses-ke-perbatasan-hingga-jalan-mulus-ke-malinau/

[4] https://kaltim.tribunnews.com/2021/03/13/jadwal-keberangkatan-bus-damri-malinau-terbaru-2021-simak-rute-tujuan-tarif-dan-waktu.