Oleh harmen batubara
Meski dalam bentuk
sederhana, pasar tradisional Skow di perbatasan RI-PNG kini telah dibuka
kembali sejak 20 September 2016, setelah ditutup sejak tangga 27 Agustus lalu,
seiring dengan terbakarnya sebanyak 178 Kios di lokasi tersebut. Pasar ini
dibangun Kemendag sejak tahun 2008, pembangunannya meliputi tiga tahap
dan baru selesai pada tahun 2014. Melihat fisik pasar Skow tentu tidak akan
memberikan efek “megah”, namun demikian untuk ukuran sebuah pasar di perbatasan
dia patut dijadikan harapan, khususnya dalam mengembangkan kerja sama antar
sesama warga perbatasan antar kedua negara dan khususnya dengan warga perbatasan
di negeri sendiri.
Kepala Badan Pengelola
Perbatasan dan Kerja Sama Luar Negeri Provinsi Papua Susana Wanggai,
menyebutkan bahwa pembukaan pasar ini demi kebutuhan bersama baik bagi para
pedagang dari Indonesia maupun para pembeli dari PNG. Pasar dibuka dua kali
dalam satu minggu, dan direncanakan akan jadi tiga hari dalam seminggu.
Sementara menurut Kepala Bidang Perdagangan Luar Nageri Dinas Perindak Kop
Provinsi Papua Herman Bleskadit, mengatakan selama ini pemasukan yang didapat
oleh 360 pedagang pasar berkisar pada omset 50 Milyar pertahun.
Dari sejarahnya, pasar
Skow dibangun selama empat tahun, yaitu sejak tahun 2007, 2008, 2009, dan 2011
dengan total anggaran Rp 20,5 miliar. Pasar ini diresmikan pada 2 Februari
2012. Pasar Skow dibangun atas kerjasama Kemendag dengan Pemerintah Provinsi
Papua melalui Dana Tugas Pembantuan 2007. Pasar ini pada awalnya memiliki 200
kios dan ditempati 280 pedagang termasuk pedagang kaki lima dan mama-mama
penjual pinang. Semangatnya sejak awal adalah bagaimana caranya agar
aktivitas Pasar Skow dapat terus ramai, tanpa bergantung pada pembeli dari
Papua Nugini. Salah satunya yakni dengan mengoptimalkan tata kelola agar
hasilnya maksimal.
Mengembangkan
Wisata Kota Perbatasan
Pasar Skow kian menarik
karena dinamika perkembangan infrastruktur di Kota Jayapura, khususnya dengan
pembangunan jembatan Hammadi-Holtekamp yang akan memperpendek waktu tempuh ke
perbatasan jadi tinggal setengah jam dari Jayapura (dibandingka bila lewat
Abepura jalan lama yang butuh waktu 2 jam) dan sekaligus akan menjadikan daerah
perbatasan khususnya distrik Muara Tami akan semakin cocok jadi tempat tinggal.
Pasalnya setelah jembatan Hamadi-Holtekamp selesai dibangun (diperkirakan tahun
2017 atau awal 2018), distrik tersebut akan menjadi tempat hunian menarik bagi
masyarakat kota Jayapura.
Kepala Dinas Pekerjaan
Umum Kota Jayapura, Nofdi J. Rampi di ruang kerjanya, Senin (22/5/2016)
mengatakan topografi di empat distrik: Jayapura Utara, Jayapura Selatan,
Abepura dan Heram bergunung-gunung sehingga tempat hunian terbatas.“Jika
dipaksakan membangun perumahan di daerah perbukitan yang menjadi daerah resapan
air, maka akan menimbulkan dampak lingkungan yang besar,” katanya. Maka dari
itu, Distrik Muara Tami sangat sesuai dijadikan daerah pengembangan untuk
hunian masyarakat. Pihaknya akan menata infrastruktur jalan, air bersih dan
sanitasi. Ia bahkan yakin penyiapan infrastruktur dengan akselerasi yang
terukur dan cepat, Muara Tami akan bisa menjadi penerapan konsep pembangunan
infrastruktur modern.
Hal lain yang membuat
pasar Skouw atau pintu perbatasan jadi objek yang lebih menarik lagi adalah
dengan mengembangkan potensi wilayah ini dengan objek menarik di sekitarnya.
Bisa lewat jaringan wisata alam atau wisata belanja. Kalu wisata alam tentu
dengan mengkoneksikannya dengan lokasi-lokasi wisata alam di sekitarnya, baik
dengan pantai Holtekamp, Base-G, danau Sentani atau Kampung Tablanusu
dll. Kalau wisata belanja dengan mengaitkannya dengan lokasi-lokasi belanja
yang ada di sekitar Jayapura seperti : pasar Ampera, pasar Hamadi, pasar
Entrop (Kelapa Dua) dan pasar Youtefa tetapi ini harus dimulai dengan pemenuhan
sarana dan prasarana penunjang seperti seperti sarana jalan dan transportasi,
air bersih, sanitasi, fasilitas pasar yang baik, serta terminal penghubung, dan
lain- lain. Sarana yang memang diperlukan untuk pengembangan sebuah kota yang
baik.
Kalau sekarang ini, maka
yang jadi penghalang utama berkembangnya pasar Skouw di perbatasan adalah
minimnya sarana penunjang. Khususnya sarana air besih, listrik dan terminal.
Ketika pasar itu terbakar pada bulan agustus lalu, nggak ada petugas Damkar
yang datang untuk membantu. Mereka ganya bisa menyelamatkan harta dagangan
mereka sedanya saja. Dalam hal seperti ini, kerja sama antar daerah,
misalnya antara Kota Jayapura dan Kabupaten Keerom akan sangat besar manfaatnya
khususnya dalam pengembangan pasar Skow di perbatasan.
Mengelola
Keterbelakangan
Wilayah perbatasan secara
umum adalah wilayah terbelakang, dan sekaligus terisolasi tetapi ke depan akan
berbeda dengan perbatasan dengan Ikon pasar Skow ini. Berkembangnya pembangunan
infrastruktur di wilayah ini akan membuka isolasi dan sekaligus membawa
peluang, dan tentu saja persaingan. Padahal penduduknya masih tergolong sangat
sederhana. Dalam kondisi seperti ini, sangat diharapkan Pemda bisa mengambil
peran dan memberikan kemampuan peningkatan ketrampilan hidup berkampung secara
baik bagi warganya. Maksudnya bagaimana memberikan “pelatihan” yang baik bagi
kehidupan warganya. Maksudnya kalau mereka petani, ya dengan memperbanyak
tenaga penyuluh pertanian, perkebunan, dan nelayan dlsb. Warga tidak saja perlu
ditingkatkan kemampuan tekniknya tetapi juga penangan paska panen dan pemasaran
hasil budi daya mereka.
Mata pencaharian penduduk
di Kampung Skouw umumnya terdiri dari petani, nelayan, dan Pegawai Negeri
Sipil. Dari jenis mata pencaharian tersebut, sebagian besar (85,7%) sebagai
petani, sedangkan yang memiliki mata pencaharian sebagai pedagang hanya sekitar
5% dan itupun hanya berupa usaha skala kecil semisal membuat kios di
kampung. Tanaman pertanian yang dibudidayakan penduduk adalah
sayur-sayuran, ubi jalar, singkong, tomat, rica, jeruk asam, semangka dan jenis
sayur lainnya. Sistem pertanian dan teknik bercocok tanam masih sederhana.
Jenis tanaman perkebunan yang diusahakan oleh penduduk adalah pinang, kelapa,
kakao dan sagu. Tanaman pinang dan kelapa awal mulanya ditanam oleh orang tua
yang pertama kali tinggal di kampung Skouw , sedangkan tanaman kakao baru mulai
ditanam oleh penduduk pada tahun 2010. Selain itu terdapat pula tanaman buah –
buahan seperti mangga, dan rambutan.
Potensi hasil hutan yang
terdapat di Kampung Skouw dan sering diambil oleh penduduk adalah kayu
dan sagu. Hasil hutan berupa sagu diolah untuk diambil tepung sagunya, selain
itu juga dimanfaatkan daunnya untuk membuat atap sedangkan kayu di ambil oleh
masyarakat untuk membuat rumah dan ada juga yang di olah menjadi balok dan
papan untuk di jual.Jenis ternak yang diusahakan oleh masyarakat meliputi ayam,
babi, dan sapi. Populasi ternak yang paling banyak adalah babi. Untuk ternak
babi merupakan bantuan dari Bappeda dan sapi merupakan Program BanPres.
Potensi laut yang sering
dimanfaatkan oleh masyarakat adalah menangkap ikan dengan cara memancing
ataupun menjaring. Hasil tangkapan selain untuk dikonsumsi sendiri, ada juga
yang dijual namun dalam jumlah yang terbatas. Apabila sedang musim ombak, masyarakat
akan mencari ikan di telaga. Di Kampung Skouw ada juga potensi telaga yang
sebenarnya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk membuat tambak ikan, hanya
saja sampai saat ini masyarakat belum memanfaatkannya. Karena mereka memang
masih memerlukan sesuatu percontohan.
Mempersiapkan warga
dengan baik adalah dengan memberikan mereka kemampuan untuk memberikan
peningkatan kemampuan teknik dalam kehidupan mereka. Tanpa ada ke sadaran yang
baik di lingkungan Pemda hanya akan membuat warganya kian tertinggal. Tertinggal
oleh kemajuan zaman, yang sukar untuk dihindari. Terlebih lagi untuk wilayah
Papua, sangat diperlukan peran serta semua pihak khususnya Pemda untuk ikut
membantu dalam meningkatkan kemampuan warganya untuk bisa lebih mumpuni dalam
melakoni kehidupan mereka sehari-hari, baik sebagai petani, pekebun, Nelayan
atau Peternak. Jangan sampai suatu saat, pasar Skow kian berkembang dan
menjadikan perbatasan kian menarik, sementara warganya tetap tidak mampu
mengikuti perubahan untuk mengikuti perkembangan ekonomi wilayah perbatasan
yang kian membaik.
Catatan : Disarikan atau
diambil dari tulisan yang sama dari Blog www.wilayahperbatasan.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar