Feri Bertambah, Penyeberangan Marore-Amurang Bergairah
Mobilitas
ekonomi wilayah perbatasan di Sulawesi Utara bergairah setelah pemerintah
meluncurkan sebuah kapal penyeberangan roro melayari Marore, Pananaru, Tahuna,
hingga ke Amurang, Minahasa Selatan. Kapal penyeberangan itu merupakan bantuan
dari pemerintah pusat kepada Sulawesi Utara sebagai bagian dari program tol
laut. “Feri ini berfungsi sebagai tol laut menghubungkan pulau terpencil dengan
pusat komoditas perkebunan di Minahasa Selatan,” kata Dirjen Perhubungan Laut
Kementerian Perhubungan Tonny Budiono di Manado, Jumat (3/2).
Kapal
penyeberangan bernama KMP Dalente Woba itu diluncurkan di Pelabuhan Nusantara
Tahuna dihadiri Gubernur Sulut Olly Dondokambey, Wakil Gubernur Steven Kandouw,
dan Bupati Sangihe John Palandung. Kemenhub juga menyerahkan dua kapal
transportasi pedesaan dan dua buah bus Damri melayani angkutan darat di
Kabupaten Sangihe. Adapun KMP Dalente Woba melayari Amurang (Minahasa
Selatan)-Pananaru (Tahuna) dua kali sepekan serta Pananaru-Marore sekali sepekan.
Wilayah Amurang Minahasa Selatan dikenal daerah hortikultura yang memproduksi
tanaman sayuran wortel, kentang, bawang putih, bawang merah, dan buncis serta
tanaman cabai.
“Dengan
adanya kapal penyeberangan, kita harapkan mobilitas barang antardaerah semakin
lancar. Perekonomian setempat bisa bangkit dan berkembang lebih optimal,” ujar
Budiono. Hal senada ditegaskan Dondokambey. Bahkan, dia meyakini kehadiran
kapal penyeberangan ini dapat mengurangi beban ekonomi masyarakat di
perbatasan, seperti Marore dan Tahuma yang selama ini selalu menghadapi
tingginya harga barang kebutuhan.
Dondokambey
menyebut Minahasa Selatan terutama Kecamatan Modoinding sebagai “dapur
Indonesia Timur” dengan produksi sayur yang melimpah setiap tahun. Penghasilan
Modoinding setiap tahun dari berjualan sayur mencapai Rp 350 miliar.Dengan
adanya kapal penyeberangan ini, penyebaran komoditas ke wilayah perbatasan dari
sentra produksi juga dapat berjalan lancar sehingga menekan angka inflasi
Sulawesi Utara yang selalu dipicu tanaman cabai dan bawang.
“Angkutan
feri ini memperpendek jarak serta waktu antara produsen ke tangan pembeli, pastinya
lebih murah,” katanya. Kepala Dinas Perhubungan Sulut Joi Oroh mengatakan, nama
Dalente Woba berasal dari bahasa Sangihe yang berarti jembatan. Kapal Dalente
Woba merupakan produksi PT Samudera Sarana Pasfik galangan kapal Bitung. “Ini
feri terbaik yang ada di Sulawesi Utara. Kami berharap kapal dapat berfungsi
maksimal bagi daerah ini,” katanya.
Pemilik
galangan kapal, Irwan Kartiwan, mengatakan, pembuatan feri dilakukan selama dua
tahun di Bitung. Pengerjaan dilakukan putra-putra setempat. Kapal berharga Rp
34 miliar dengan panjang 56 meter, lebar 14 meter, dan tinggi 3,80 meter ini
dapat mengangkut 15 unit truk dan 20 kendaraan roda empat dan 196 orang
penumpang. “Feri ini adalah produksi pertama dari galangan kapal kami. Kami
akan terus berbenah,” katanya. (zal) ( Sumber: Kompas, 4 Februari 2017)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar