Sabtu, 31 Juli 2010

Konflik di Laut China Selatan, Mengundang Kekuatan Pengimbang



Diangkatnya sengketa atas wilayah Laut China Selatan oleh Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton mengancam hubungan AS-China. China langsung bereaksi keras terhadap pernyataan Clinton karena juga merasa dijebak dengan menggunakan isu itu pada pertemuan ASEAN Regional Forum, pekan lalu.Selama bertahun-tahun China menghindarkan masalah sengketa wilayah Laut China Selatan, yang diklaim enam negara di kawasan Asia Tenggara, dibicarakan pada pertemuan ARF. Akan tetapi, malah AS yang mengangkat isu tersebut. Belakangan, 12 dari 27 anggota pertemuan ARF juga mengangkat masalah-masalah maritim.

”Sebagaimana diperkirakan, pihak AS memilih untuk mengabaikan nasihat China dan memainkan isu tersebut pada pertemuan itu (ARF). Apa yang kelihatannya pernyataan tidak berpihak (oleh Hillary Clinton) itu pada kenyataannya adalah serangan terhadap China dan dirancang untuk memberikan kesan yang salah mengenai situasi di Laut China Selatan sehingga harus menjadi perhatian serius,” demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri China dalam situsnya, Senin (26/7).

”China marah. Itu adalah campur tangan publik pertama AS atas Laut China Selatan, yang Kementerian Luar Negeri melihatnya sebagai masalah antara China dan negara-negara Asia Tenggara,” kata Shi Yinhong, profesor internasional di Renmin University, kemarin.Dia menambahkan, hal itu cukup serius karena isu tersebut secara dramatis memperluas ruang perselisihan antara China dan AS. Hubungan China-AS selama ini sering terganjal masalah Tibet, Taiwan, dan nilai mata uang China.
(Reuters/OKI)
Dari sisi kawasan, menguatnya kehadiran AS di Asia ( Timur, Tenggara) dengan sendirinya akan mengurangi dominasi kekuatan China, yang meskipun selama ini telah dengan baik memperlihatkan ke “sabaran”nya dalam menyelesaikan  permasalahan kedaulatan wilayah teritorialnya; namun kalau dilihat dari sejarahnya, China memang adalah sebuah Negara yang dengan kukuh mencari sumber-sumber energy baru bagi kepentingan perekonomiannya, meskipun itu pada umumnya dilakukan sesuai dengan norma-norma yang berlaku dan syah.

Tidak ada komentar: