Pulau Enggano,
Pulau Terluar Menghadap India
Wilayah
di Indonesia tidak hanya berbatasan dengan negara Asia Tenggara ataupun Papua
Nugini. Namun, ada juga yang berbatasan dengan India. PULAU Enggano yang masuk Kecamatan Enggano
merupakan bagian dari Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu. Wilayah
tersebut termasuk salah satu pulau terluar Indonesia dan berbatasan dengan
India. Meski tidak terlalu terisolasi, dibutuhkan waktu yang tidak sebentar
untuk tiba di kecamatan ini dengan kapal laut. Setidaknya,
dibutuhkan waktu 12 jam untuk tiba ke Enggano menyeberangi Samudra Hindia. Itu
pun jika cuaca di tengah laut normal. Bila terjadi badai, bukan tidak mungkin
perjalanan ditempuh lebih dari 12 jam. Menuju Enggano harus menyeberangi
Samudra Hindia sepanjang 156 kilometer. Belum lagi, menuju ibu kota Kabupaten
Bengkulu Utara, Arga Makmur, harus kembali menempuh jalur darat sepanjang 76
kilometer.
Namun, tidak setiap hari bisa
menuju Enggano. Sebab, kapal hanya beroperasi dua kali seminggu, yakni setiap
Rabu-Sabtu. Itu pun dengan catatan cuaca laut masih bisa dilalui kapal laut.
Dua bulan terakhir, alat transportasi pesawat di Enggano juga mulai aktif dua
kali seminggu. Yaitu, setiap Senin-Jumat. Masyarakat bisa terbang dengan
pesawat 12 penumpang itu dari Enggano ke ibu kota Provinsi Bengkulu dengan
menempuh satu jam penerbangan. Hal menarik lainnya, berada di tengah Samudra Hindia,
lokasi kecamatan diduga kerap menjadi perlintasan imigran gelap. Mereka biasanya melintasi Enggano dengan tujuan
mencari suaka di Pulau Christmas, Australia. Bahkan, pernah ada imigran gelap
yang terdampar di pulau tersebut lantaran kehabisan BBM dan terpaksa diamankan
di Pulau Enggano.
Dari segi fasilitas masyarakat,
Pulau Enggano juga masih terbilang terbelakang jika dibandingkan dengan
kecamatan yang lain di Bengkulu. Hingga kini, masyarakat Pulau Enggano belum
mendapat fasilitas listrik. Untuk penerangan dan kebutuhan listrik, masyarakat
menggunakan genset besar yang dibeli dari dana Pemda BU. Itu pun penggunaannya
sangat terbatas, yaitu hanya pukul 18.00–23.00 WIB. Sebab,
biaya operasional genset cukup mahal. Selain
genset, di lokasi ada pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Namun, hanya beberapa rumah di setiap desa yang
menggunakan lantaran tidak semua rumah bisa memakai fasilitas tersebut.
Dari sisi infrastruktur jalan,
Enggano juga masih terbelakang. Sepanjang 37 kilometer jalan
yang menghubungkan enam desa, tidak sampai 15 kilometer yang sudah mendapat
fasilitas pengerasan. Meski bisa dilalui kendaraan roda empat, jalan masih
berupa jalan tanah merah yang licin dan berlumpur jika hujan. Namun, untuk memperbaiki jalan di Enggano,
pemda harus berpikir berkali-kali karena dana yang dibutuhkan tidak sedikit. Pembangunan
jalan di Enggano mencapai empat kali lipat dari pembangunan di wilayah lain
lantaran material harus dibawa dengan menggunakan kapal. Sebagian besar
masyarakat Enggano bermata pencarian nelayan dan petani perkebunan.
Enggano
tercatat sebagai penghasil pisang dalam jumlah besar. Setiap panen, hasilnya
dikirimkan ke Provinsi di Sumatera dan Jawa. Bupati Bengkulu Utara (BU) Imron
Rosyadi menyatakan, sebagai salah satu daerah kepulauan terluar, Enggano cukup
tertinggal. Meskipun, belakangan pemerintah mulai melirik Enggano dalam program
daerah terluar dan daerah kepulauan. ’’Untuk
air minum, sebelumnya di Enggano agak kesulitan karena airnya bercampur air
laut. Namun, sekarang ada program dari TNI-AL memanfaatkan mesin untuk mengubah
air laut jadi air minum,’’ ucapnya.
Dia
mengungkapkan, APBD memang tidak mampu membangun Kecamatan Enggano secara
langsung, terutama infrastruktur. Belakangan, Pemda Bengkulu Utara mulai
melakukan pendekatan dengan pemerintah pusat yang intinya meminta bantuan dana
untuk pembangunan di Enggano.’’Kami sudah bicarakan dengan menteri pariwisata soal
menjadikan Enggano sebagai pusat pariwisata. Kami harap jadi titik balik
pembangunan di Enggano. Sebab, dengan objek wisata, pembangunan lain seperti
infrastruktur dan fasilitas masyarakat akan berjalan,’’ kata Imron. (sumber : Jawa Pos, 16/05/2015/tri/JPNN/c19/diq)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar