Program Perbatasan Pulau Terluar
Terang di HUT 70 RI tidak berjalan di Kepulauan Riau.
Pemadaman listrik pada hari peringatan
kemerdekaan itu terjadi pada siang hari. "Untung, setiap hari hanya ada
sekali atau dua kali penerbangan di Ranai. Kalau lebih banyak, bisa kacau balau
bandara ini," ujar salah seorang warga, Rizal (38). Petugas bandara
meminta penumpang membuka tas dan memeriksa isinya secara manual. Pemeriksaan
berlangsung paling cepat 2 menit, lebih lama dibandingkan dengan menggunakan
mesin pemindai.
Kepala Dinas Pertambangan, Energi, dan
Sumber Daya Mineral Natuna Ilham Kuwari menuturkan, pemadaman tanpa jadwal
kerap terjadi di Natuna. Kabupaten terdepan Indonesia itu mengandalkan
pembangkit bertenaga diesel untuk menyediakan listrik di sejumlah pulau di
kabupaten tersebut. "Mesin diesel, apalagi yang tua-tua seperti di Natuna,
penyakitnya memang seperti itu. Sering mati begitu ada gangguan sedikit
saja," tuturnya.
Di pulau terbesar, Bunguran, listrik
ditopang sejumlah mesin berdaya total 9,5 megawatt (MW). Sebagian dari mesin
itu, dengan daya total 6 MW, disewa PLN. "Pemerintah sebenarnya sudah
mengirimkan tambahan mesin, 4 MW. Mesin itu direncanakan tiba awal Agustus
lalu," ujarnya. Namun, mesin itu masih dalam proses pengiriman ke Natuna
dan diperkirakan tiba akhir Agustus. Daya dari mesin itu diperkirakan baru bisa
masuk sistem kelistrikan Ranai pada September 2015.
PLTD. Ilham menuturkan, pembangkit
listrik tenaga diesel (PLTD) pilihan paling rasional untuk Natuna yang terdiri
dari pulau-pulau. Untuk menggunakan PLTU berbahan bakar batubara dibutuhkan
cadangan batubara hingga untuk empat bulan. Cadangan sebanyak itu
mempertimbangkan jika ada gangguan cuaca sehingga kapal tidak bisa berlayar. Penggunaan
gas juga sulit direalisasikan walau Natuna punya cadangan gas terbesar di
Indonesia. Butuh ratusan mil pipa gas dari ladang-ladang lepas pantai ke
Natuna. Investasinya tidak sesuai dengan pemakaian. Penggunaan gas alam
termampatkan (CNG) juga tidak mungkin dalam waktu cepat. Butuh tempat menyimpan
CNG paling sedikit selama sebulan. (RAZ)
Harapan Yang Sirna. Tadinya warga pulau terdepan di Kepulauan
Riau berharap, rencana pemerintah menerangi daerah terdepan tidak hanya
diwujudkan selama perayaan HUT Ke-70 Kemerdekaan RI. Warga berharap wilayah terdepan
tetap terang setelah itu. Warga Natuna, Rodhial Huda, menyatakan, warga
daerahnya termasuk senang mendengar wilayah itu dialiri listrik. Selama ini
listrik termasuk hal mewah bagi warga. "Kami harus terbiasa dengan
pemadaman dalam hitungan hari," ujarnya, Selasa (12/5), di Natuna.
Pemerintah menargetkan daerah terdepan
teraliri listrik pada 17 Agustus 2015. Untuk tahap awal, pemerintah akan
menggunakan pembangkit diesel, dengan alasan paling mudah disiapkan. Untuk
selanjutnya akan dipakai pembangkit jenis lain. Rodhial mengatakan, pembangkit
jenis apa pun tidak masalah selama listrik terus tersedia untuk warga. Selama
ini, warga Natuna memang sudah mendapatkan listrik. Namun, listrik kerap hanya
tersedia beberapa bulan dalam setahun. Pada bulan tertentu, pemadaman
berlangsung berbulan-bulan. Di luar periode itu, pemadaman dapat berlangsung
berjam-jam.
Warga Kepulauan Tambelan, Andi,
mengatakan, listrik di Pulau Tambelan Besar tersedia rata-rata 12 jam sehari,
mulai pukul 17.00. Namun, warga pulau lain di Kepulauan Tambelan yang berjarak
360 kilometer dari Pulau Bintan, belum menikmati listrik seperti warga Pulau
Tambelan Besar. Gubernur Kepulauan Riau Muhammad Sani mengemukakan, pembangkit
solar sebaiknya tidak dipakai lagi. Mayoritas pembangkit solar sudah tua dan
kerap hanya dipindahkan dari satu daerah ke daerah lain. Pembangkit-pembangkit
itu sering berhenti operasi karena alasan perawatan. "Sering mendadak
harus dirawat karena mesin mati dengan berbagai alasan. Warga jadi korban
karena tidak mendapat pasokan listrik. Pemadaman mendadak dan tidak terprediksi
menyulitkan warga," katanya. Direktur Pengembangan Usaha PLN Batam Ardian
Chalid mengatakan, pihaknya juga siap memasok listrik dari Pembangkit Listrik
Tenaga Mesin Gas (PLTMG) untuk pulau-pulau terdepan. PLTMG sejauh ini punya
banyak keunggulan dibandingkan dengan pembangkit diesel."
Kapal perintis. Dalam kunjungan ke Natuna itu, Muhammad Sani
menyatakan kecewa atas kondisi kapal perintis yang melayani warga pulau-pulau
terdepan di daerahnya. Operator didesak memperbaiki kualitas layanan untuk
sarana transportasi utama warga pulau-pulau terdepan itu. Sani menyebutkan
kerap mendengar keluhan warga atas kondisi kapal perintis. Keluhan itu akhirnya
dibuktikan sendiri saat meninjau kondisi kapal di Ranai, Natuna. "Saya
sebentar saja langsung kepanasan. Bagaimana warga yang puluhan jam naik kapal
perintis. Penyejuk ruangan (AC) tidak berfungsi," ujar Sani.
Kapal perintis yang ditinjau Sani
adalah Sabuk Nusantara 30. Selain itu, ada beberapa kapal perintis lain yang
melayani penduduk pulau terdepan di Anambas, Natuna, dan Bintan. Kapal-kapal
itu berangkat dari Tanjung Pinang dan Bintan. Rata-rata pelayaran paling
singkat 15 jam untuk tiba di pelabuhan pulau tujuan. Hal itu antara lain karena
kapal hanya bisa melaju 8 knot atau 14,8 kilometer per jam. "AC memang
sudah lama tidak berfungsi. Kami sedang mengusahakan perbaikan," ujar
kapten Sabuk Nusantara 30, Don Victor. (RAZ) Daerah Terdepan Sering Gelap. (
Sumber : Kompas 13 Mei dan 18 Agustus 2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar